Selasa, 30 Desember 2008

Met Tahun Baru Islam 1430 Hijriyah

Demi Masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat-menasehati supaya menta`ati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran“. (Qs.Al-Ashr :1-3 )

Tahun 1429 Hijriyah telah meninggalkan kita, banyak di antara kita yang mengisi acara pergantian tahun dengan caranya masing-masing. Sebenarnya ada hal yang positif dan lebih bermanfaat, yaitu dengan memperbanyak do`a, baik untuk diri kita sendiri, keluarga kita, maupun untuk bangsa kita yang tercinta ini, agar bangsa kita ini segera keluar dari cobaan yang diberikan-Nya, dan agar Allah memberikan petunjuk kepada para pemimpin kita untuk lebih taat kepada-Nya dan dapat segera membawa bangsa kita menjadi seperti apa yang kita cita-citakan.

Selain itu ada baiknya saat ini kita melakukan tafakkur (introspeksi) terhadap diri kita. Imam Syafi`i pernah berkata ”Tafakkur satu jam, lebih baik dari ibadah satu tahun”. Kalimat ini jangan diartikan mentah-metah, sebab bagaimana mungkin amalan yang dilakukan satu jam lebih baik dari ibadah selama satu tahun ?. Sebenarnya dalam hal ini Imam Syafi`i tidak mengajak agar orang melakukan tafakkur satu jam, lalu tak perlu beribadah selama satu tahun, sama sekali tidak. Imam Syafi`i hanya ingin menekankan pentingny merenung, instropeksi, dan mengevaluasi amalan-amalan yang telah kita lakukan.

Namun untuk mengevaluasi amalan, kita tidak perlu menunggu selama satu tahun. Alangkah baiknya kalau setiap hari kita selalu mengevaluasi amalan-malan kita, agar kita bisa memperbaiki diri kita dengan cepat tanpa menunggu satu tahun. Kalau begitu berarti apa yang difirmankan Allah dalam surat Al-Ashr itu menjadi kenyataan, karena memang kita sebenarnya berada dalam kerugian. Kita selalu menunda-nunda untuk berbuat baik padahal kita disuruh untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, kita selalu menunda-nunda untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, padahal kita tidak tahu kapan dan berapa lama lagi kita hidup di dunia ini, karena kalau nafas sudah sampai di tenggorokan, sudah terlambat bagi kita untuk berbuat kebaikan dan sudah tertutup pintu taubat bagi kita. Untuk itu mari kita gunakan waktu yang tersisa ini untuk memperbaiki ke-Islaman kita agar menjadi Muslim yang Kaffah (utuh).

Jadi, apa itu Hijrah menurut makna sekarang?. Hijrah berarti meninggalkan segala perilaku jahilliyah kita (segala sesuatu yang dilarang oleh Allah) dan melakukan segala sesuatu yang diridhai dan diperintah oleh Allah Swt. Semua ini akan terasa berat jika tidak dilandasi dengan niat ikhlash mengharap ridha dari Allah Swt atau jika kita memiliki BAKATâ. BAKATâ di sini adalah istilah saya untuk Bisa Ada Kalau Ada niaT / Tekad, yang kuat, tulus, bersih dan ikhlash. Karena boleh jadi apa yang kita benci / tidak suka / enggan melakukannya, di dalamnya terdapat kebaikan bagi kita, begitu juga sebaliknya, boleh jadi apa yang kamu sukai di dalamnya terdapat keburukan bagimu. Contoh simplenya : Jika kita disuruh untuk memilih minum jamu atau sirup. Kalau kita pilih jamu, boleh jadi akan merasakan pahit jika meminumnya, tapi efek selanjutnya adalah membuat badan kita menjadi sehat, segar dan bersemangat. Sebaliknya jika kita pilih sirup boleh jadi kita akan merasakan manis jika meminumnya, tapi bisa jadi efeknya malah menimbulkan penyakit. Jadi, memang sesungguhnya surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai oleh nafsu kita, sebaliknya neraka itu dikelilingi oleh hal yang disukai oleh nafsu kita.

Selain itu makna lain Hijrah seperti yang saya uraikan di atas adalah bagaimana kita menyukai suatu perubahan, selagi perubahan itu bernilai positif, baik bagi kita sendiri maupun bagi orang lain, dan tentu saja sebagai Muslim perubahan tersebut tidak keluar dari hukum Islam. Dan saya yakin Allah senang terhadap orang yang mau merubah dirinya menjadi lebih baik. Bukankah Allah berfirman pada Surat Ar Ra`d (13) :11 “…. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. ..

Kembali ke masalah Tafakkur (instropeksi), hal ini perlu kita lakukan karena merupakan cermin bagi setiap orang untuk menata langkah hidupnya yang tersisa. Dalam Islam, perhargaan terhadap fungsi masa lalu , terletak pada dua hal mendasar.

Pertama, untuk dijadikan sebagai tempat dalam mengambil pelajaran. Maksudnya adalah apa yang telah kita lakukan pada masa lalu dijadikan tempat bercermin. Apa yang buruk tidak boleh kita ulangi, sedang apa yang baik harus ditingkatkan. Banyak orang sukses yang belajar dari masa lalunya, bahkan ada istilah “kegagalan merupakan keberhasilan yang tertunda”.

Kedua, masa lalu adalah anak tangga sejarah yang harus disambung dengan anak tangga yang baru. Hidup ini merupakan perjalanan dari generasi ke generasi, di mana setiap generasi mengambil peran di zamannya masing-masing. Untuk itu sudah saatnya kita mengambil tongkat estafet dari generasi sebelum kita dalam hal menegakkan agama Allah ini dan dalam membangun negeri yang kita cintai ini, sudah saatnya orang tua-tua kita beristirahat atas perjuangannya, kini giliran kita untuk mengambil peran itu pada generasi kita, agar memberikan irama dan semangat yang baru untuk mendukung perubahan itu sendiri. Tafakkur hendaknya kita mulai dari diri kita sendiri. Orang yang mengerti bahwa dirinya tidak akan pernah diselamatkan oleh orang lain, tentu akan lebih peduli kepada dirinya sendiri -karena orang yang mengenal dirinya sendiri, dia akan mengetahui secara pasti bahwa dia memiliki potensi di luar dugaannya - (masalah ini pun akan dibahas tersendiri).

Di akhirat nanti, siapapun kita, akan memikul sendiri segala perbuatan yang telah kita lakukan. Hendaknya kita bisa mengira-ngira sejauh mana sebenarnya prestasi amal yang telah kita perbuat. Al-Baqillani mengutip sabda rasulullah Saw, ”Sesungguhnya seorang mukmin itu berada di antara 2 hal yang sangat menakutkan. Antara usia yang telah berlalu, ia tidak tahu apa yang diperbuat Allah terhadap usia yang telah lewat itu, dan antara usia yang tersisa, ia tidak tahu apa yang telah Allah tetapkan atas dirinya. Maka hendaklah setiap jiwa mengambil untuk dirinya, dari dirinya sendiri. Dari dunianya untuk akhiratnya dan dari masa mudanya untuk hari tuanya, dan dari hidupnya untuk sesudah kematiannya. Demi zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidak ada sesudah kematian waktu untuk berusaha. Sesudah dunia tak ada kehidupan kecuali surga dan neraka”.

Ada beberapa langkah praktis yang bisa kita lakukan agar kita terbiasa mengambil pelajaran (ibroh) dari masa lalu, baik dari apa yang telah dilakukan orang lain, maupun dari apa yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan dengan seluruh panca indera kita, sekecil apa pun itu, sejelek apapun masalah itu, ambillah hikmahnya. Adapun langkah praktis tersebut adalah :

Pertama, merenung, bermuhasabah atau mengevaluasi amal kita dalam satu hari. Kita hendaknya mengevaluasi diri mejelang tidur kita setiap malamnya, karena ahli surga, bukan hanya diukur dari kuantitas ibadah yang dilakukan, tapi juga dengan mengevaluasi diri kita setiap hari dan menghapus semua rasa gundahnya pada sesama muslim.

Kedua, memiliki agenda harian untk mengevaluasi amal-amal yang telah dilakukan. Agenda harian ini berisi daftar-daftar amal harian yang dianggap wajib dilakukan dan sunat-sunatnya. Contoh, kewajiban Shalat di Masjid, terutama Subuh dan Isya`, memulai pekerjaan dengan bismillah, istighfar minimal 100 kali/hari,dzikrullah, membaca Al-Qur`an, tidak ngomongin orang (gossip), tidak marah, berbuat baik terhadap orang lain dll. Sebaiknya dicatat juga alasan atau hambatan dalam melaksanakannya, dengan harapan untuk dijadikan pengalaman agar bisa diantisipasi pada waktu selanjutnya. Umar ra memberi nasehat “Hisab (hitung)-lah amal-amal kalian sendiri, sebelum amal-amal kalian dihisab oleh Allah di hari kiamat”. Tapi, ironinya, sebagian pemuda sekarang ini salah dalam menafsirkan nasehat ini, kata “hisab” yang mereka maksud adalah kata “hisap”, jadi sekarang banyak orang setiap hari kerjanya “menghisap”, baik menghisap rokok, obat-obatan terlarang, atau bahkan lem juga ikut dihisap, nauzubillah. Hal-hal seperti itu bukannya dapat memperbaiki diri, justru dapat merusak diri (alangkah bodohnya orang tersebut, tapi mereka tidak mengakui kebodohannya tersebut, padahal banyak hal positif lain yang bisa dilakukan).

Ketiga, biasakan menilai dan mempertajam kontrol terhadap diri sendiri. Dalam hal ini, kalau boleh aku mencontohkan dengan diriku sendiri (maaf). Kalau saya ditanya, “Siapa teman terdekatmu ?, maka saya akan jawab “diriku sendiri”(my close friend is my self ), ”terus siapa yang membentuk kepribadianmu seperti ini ?”, saya jawab ”diriku sendiri”, tapi sekali lagi bukannya saya mau sombong, karena semua kebenaran itu datangnya hanya dari Allah. Terus bagaimana caranya?, “caranya adalah jika saya melihat keburukan pada orang lain, aku berusaha untuk menghindarinya, begitu juga sebaliknya, jika saya melihat kebaikan pada diri seseorang, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mencontohnya, tanpa ada rasa gengsi sedikit pun, sebab kebanyakan orang sekarang ini lebih cepat mencontoh hal-hal yang sudah jelas-jelas jeleknya, tanpa perasaan berdosa dan malu sedikit pun”. Intinya sebelum berbuat sesuatu, sempatkanlah untuk bertanya dalam hati kita, ini diridhai oleh Allah atau tidak, ini benar atau salah, bagaimana jika saya diperlakukan seperti ini, jika kita tidak senang, begitu juga dengan orang lain, dan lain-lain. Jadi teorinya sederhana tirulah yang baik dan benar, hindari dan jauhi yang jahat (standarnya illahi). Dan untuk contoh yang baik tentu saja saya meniru tokoh idola saya, yaitu Rasulullah saw, rasanya semua pasti setuju, karena sesungguhnya di dalam diri Rasulullah terdapat suri tauladan (uswatun hasanah) bagi kita semua. (mengenai tokoh idola ada bahasan khusus)

Dan masih banyak lagi cara untuk mengambil pelajaran atau hikmah dari masa lalu kita, dalam Al-Qur`an banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran bagi yang memikirkannya, termasuk kegiatan nasihat-menasihati (taushiah) ini (Al-Ashr: 3), sebagaimana sabda nabi saw “setiap mukmin itu adalah cermin bagi saudaranya yang lain”. Cermin sumber informasi yang paling akurat dan jujur tentang berbagai fenomena, berkat cermin kita bisa melihat apa yang perlu kita perbaiki, sehingga jika kita melihat sesuatu yang “kotor” pada cermin kita, maka bukan cermin itu yang kita bersihkan, melainkan kita yang bercermin itulah yang perlu dibersihkan. Kebanyakan yang terjadi adalah kita membersihkan cermin itu, sehingga kita tidak dapat membersihkan sumber penyebab “kotor”nya cermin.

Hidup tak pernah berhenti bergulir. Hari demi hari terus berjalan, tugas kita adalah memanfaatkan kesempatan yang masih disisakan Allah untuk kita. Terlalu banyak pelajaran yang seharusnya membuat kita menjadi lebih baik dari yang telah lalu. Terlalu banyak pengalaman yang seharusnya menjadikan kita berhati-hati dan beritung matang untuk melangkah. Terlalu banyak peringatan yang Allah berikan untuk menyadarkan kita agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Ingat! jangan sampai terantuk pada batu yang sama. Kita tidak tahu kapan waktu yang tersisa ini habis masa pakainya, adakah kita masih menunda-nunda dan menyatakan kita masih belum siap ???

Marilah kita merenungi kembali apa-apa yang telah saya sampaikan ini, agar bermanfaat bagi kita semua, jika apa yang saya sampaikan ini benar, sesungguhnya kebenaran itu datangnya dari Allah, kalau ternyata ada kesalahan itu tidak lain karena kekhilafan saya, untuk itu saya minta maaf, dan tolong disampaikan langsung kepada saya, saya akan menerimanya dengan senang hati segala saran dan kritik yang membangun, demi kelangsungan kewajiban kita untuk saling ingat-mengingatkan ini. Semoga ini bermanfaat bagi peningkatan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Swt, dan dalam kerangka demi terwujudnya Muslim yang kaffah. Kepada Allah saya mohon ampun atas kekhilafan saya dan mungkin ada sedikit rasa sombong pada saya. Perlu diingat bahwa saya bukanlah orang yang paling beriman dan bertaqwa, saya hanyalah orang yang selalu berusaha dengan segenap kemampuan yang saya miliki untuk berubah ke arah yang lebih baik, ideal dan diridhai oleh Allah. Mari kita bangun dari tidur kita yang panjang, tataplah masa depan yang akan menghampiri kita, akankah kita mengisi masa depan kita dengan sesuatu yang jelek, sesuatu yang jauh dari a mari kita memulai memberikan yang diinginkan oleh diri kita, untuk selanjutnya kita memberikan apa yang bisa kita berikan kepada orang lain, lalu bersama mereka kita berikan sesuatu kepada negara dan agama kita yang kita cintai ini.

Akhir kata saya minta maaf lahir dan batin (taqabalallahu minna wa minkum), semoga Allah selalu melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan semoga Allah membukakan pintu hati kita untuk menerima kebenaran dari-Nya. Amiin

(ary)


Sabtu, 13 Desember 2008

Mengenal Diri, Melejitkan Potensi

Orang hanya akan menjadi lebih baik jika bisa melihat diri sendiri yang sebenarnya

( Anton Chekhov )

Kata bijak pada halaman pembuka artikel ini menyiratkan kedalaman kata dan pengalaman seorang Anton Chekhov dalam upayanya mengenal dirinya sendiri. Saya sangat sependapat dengan ungkapan bijaknya tersebut, karena apa yang dia rasakan, dialami pula oleh saya, meskipun jauh sebelum saya “mengenal” Anton Chekhov, saya pun telah menyadari akan hal itu, dan saya yakin tidak hanya kami yang menyadari itu Anda pun demikian, ya nggak ?.

Anda mungkin juga pernah menonton film Matrix sekuel pertama yang dibintangi oleh Keanu Reaves. Nah, di Film tersebut kita melihat kalimat yang berbunyi “Kenalilah Dirimu Sendiri / Known Your Self “ di atas pintu masuk rumah seorang wanita yang dipercaya sebagai peramal dan penolong dalam film itu. Konon, kalimat tersebut sudah ada sejak zaman yunani kuno, yang mana terletak di atas pintu masuk sebuah kuil kuno di sana, di tulis oleh seorang Filsuf terkenal Socrates. So, orang-orang yunani kuno dahulu begitu menyadari kekuatan dari mengenal diri sendiri ini.

Mahatma Gandhi juga pernah berkata " Ketika buku upanishad, aku mengambil 3 prinsip pokok sebagai pegangan hidupku. Pertama, hanya ada satu pengetahuan di dunia, yaitu pengetahuan tentang diri, Kedua, Siapa mengenal dirinya, pasti dapat mengenal Tuhannya, Ketiga, hanya ada satu kekuatan di dunia ini, yaitu kekuatan menguasai diri".

Dan tidaklah berlebihan kalau kita pun hendaknya mengenal diri kita sendiri, karena kita menyadari betapa pentingnya mengenal diri kita secara utuh atau sebenarnya, sebagaimana kita juga diharapkan untuk memahami Islam secara utuh (Kaffah), Betul ?

Dengan mengenal diri kita secara benar maka kita akan mendapatkan sumber informasi yang paling akurat mengenai diri kita yang sebenarnya, karena upaya mengenal diri ini diibaratkan dengan cara kita bercermin, di mana cermin akan memberikan informasi seputar diri kita baik secara fisik maupun secara non-fisik. Artinya setelah kita mengetahui informasi mengenai diri kita yang diberikan oleh cermin tadi, maka kita mulai mempersiapkan langkah apa yang perlu kita lakukan untuk memperbaiki kekurangan yang diberikan oleh cermin tadi, dan yang perlu diperbaiki adalah sumber informasi tadi, yaitu kitanya, bukannya cerminnya yang perlu kita perbaiki, sebab kalau seperti itu sama aja donk kayak cerita dongeng cermin ajaib, dimana dalam cerita itu ada seorang yang bertanya pada cermin ajaibnya tentang siapa yang paling cantik di “dunia”, lalu cermin itu menjawab bahwa yang paling cantik adalah seorang putri di negeri antah berantah, mendengar itu ia tidak terima, ia menyalahkan cerminnya itu, bukannya melihat kenyataan yang ada pada dirinya. Ok kurang lebih begitu ceritanya, salah-salah dikit dimaafkanlah.

Dalam tulisan saya tentang Tafakkur/Introspeksi/Muhasabbah, di situ pernah disinggung mengenai “seseorang yang tidak menyadari dan mengerti bahwa tidak akan penah diselamatkan oleh orang lain, tentu akan lebih peduli kepada dirinya sendiri”. Artinya tiap orang menanggung dosa masing-masing atas perbuatannya sendiri.

Salah satu inti dari pengenalan diri ini adalah Tafakkur, satu di antara yang saya renungi dalam rangka pengenalan diri adalah masa lalu saya, ada orang yang mengatakan bahwa masa lalu adalah untuk dilupakan –mungkin orang tersebut mengalami banyak masa-masa pahit dalam kehidupannya-, tapi tidak bagi saya karena kalau tidak ada masa lalu maka tidak “ada” saya. Karena saya merasa masa lalu saya ternyata memiliki “kekuatan” yang sangat besar, yang membentuk saya menjadi seperti sekarang ini.

Saya mengamati apa-apa yang saya pikirkan, ucapkan dan saya lakukan pada masa kecil hingga sekarang ini, banyak yang terjadi secara spontanitas artinya sesuatu yang dilakukan tanpa ada yang mengajari secara langsung. Saya lalu berpikir, mungkin ini karena sejak kecil kami secara tidak langsung dilatih untuk mandiri, suka atau tidak suka kami harus melakukannya - karena suatu alasan tertentu yang tidak mungkin saya uraikan di sini -.

Singkatnya, mungkin hal inilah – salah satunya - yang membuat saya menjadi lebih cepat “matang” dibanding dengan orang-orang sebaya saya. Sehingga tidaklah heran kalau cara saya memandang hidup ini berbeda sekali dengan orang-orang sebaya saya, dan terkadang saya merasa lebih tua dari umur saya yang sebenarnya. Hal ini pula yang terkadang menuntut saya untuk menyesuaikan diri saya dengan pola pikir orang-orang sebaya saya, tanpa saya perlu menjadi seperti mereka.

Dari kemandirian tersebut saya juga “dituntut” untuk mandiri dalam segala hal, termasuk mandiri dalam berpikir, nah lo, anak sekecil itu –bait lagunya Iwan Fals- sudah “disuruh” mikirin hal-hal yang “berat” untuk bisa survive dalam hidupnya di tengah-tengah orang-orang yang beraneka watak dan perilaku. – pantes bae sekarang kurus mak ini.

Dalam kemandirian berpikir itu pula, dalam menilai sesuatu saya selalu mengambil hikmah dari apa-apa yang saya lihat, dengar, rasakan dengan seluruh indera yang saya punyai –alhamdulillah masih lengkap-. Dengan begitu berarti saya selalu “berdialog” dengan hati saya –hal terpenting dalam introspeksi diri-, dan saya yakin suara hati adalah “suara” Tuhan atau istilahnya Hidayah yang Allah berikan padaku, bukankah sesuatu yang benar itu datangnya hanya dari Allah, betul ?.

Kita mungkin bisa menjauh dari orang yang tidak kita sukai, tapi bisakah kita menjauh dari diri/hati kita ?, jawabnya tentu saja tidak bisa, karena kalau kita “bermusuhan” dengan diri kita, itu sama saja dengan mati, kita seperti mayat hidup, hidup kagak mati pun enggan, jiwa kita tidak tenang, gelisah, kacau, tidak memiliki visi ke depan, hampa dan lain-lain, inilah ciri orang yang jiwanya kosong, ‘memusuhi” diri/hati sama saja “bermusuhan” dengan Allah. Sebab bagaimana asma Allah akan masuk dalam dirinya, jika cahaya hatinya telah padam, hatinya telah buta dan mengeras bagaikan batu karang yang kokoh. (baca tulisan saya “Menggapai Hidayah Allah”).

Yach, itulah satu hal yang saya dapatkan dari mengenal diri saya secara lebih baik, untuk hal-hal yang lainnya Anda bisa membaca dan memahami tulisan-tulisan saya. Di sana Anda akan melihat secara jelas proses “penyelaman” pada diri saya, yang bukan tidak mungkin, apa yang saya pikirkan, ucapkan dan saya lakukan memiliki persamaan dengan Anda maupun orang lain. Hal tersebut biasa terjadi, asalkan kita mau mengambil hikmah dari apa-apa yang kita lihat, dengar, rasakan oleh seluruh indera yang kita punyai.

Kelihatannya kita terkadang lebih sering menilai orang lain dibandingkan menilai diri sendiri. Padahal menilai diri kita sendiri sangat perlu dilakukan, karena dengan banyak menilai diri, maka banyak informasi yang akan kita dapatkan dan kita temui, dalam rangka untuk Manajemen Diri (Mandiri), Pengenalan Diri (PD), serta Pengembangan Diri (Personal Development) secara lebih baik. Dengan Manajemen Diri dan Pengenalan Diri yang baik, maka kita telah mengenal diri kita lebih baik dibanding orang lain, bukan sebaliknya, orang lain yang lebih mengenal diri kita dibandingkan diri kita sendiri.

Setelah mengenal diri kita dengan baik, kita akan menyadari betapa berartinya diri kita, dan betapa pentingnya diri kita, sehingga kita perlu menjaga diri kita dengan sebaik-baiknya agar tidak ternoda oleh hal-hal, atau sesuatu yang merusak dan menjauhkan diri kita dari kebenaran, kebenaran yang datangnya hanya dari Allah SWT.

Sekali lagi saya ingin menyampaikan, orang yang menyadari dan mengerti betul bahwa dirinya adalah hal terpenting dan harta karun yang tak ternilai harganya di dunia ini, tentu tidak akan mau merusak dirinya dengan hal-hal yang dapat merusak dirinya, baik secara lahiriah maupun secara ruhaniah. Dia akan menghargai dirinya sebagaimana dia ingin dihargai dan menghargai orang lain. Ingat ! Orang yang dapat mengenal dirinya secara lebih baik maka ia dapat mengenal orang lain secara lebih baik pula.

Untuk menutup tulisan ini, saya akan menyampaikan kata orang-orang bijak, yang Insya Allah akan melengkapi makna tulisan ini sehingga akan menambah sedikit pemahaman kita tentang tulisan ini. Silahkan merenung !.

Anda cuma hidup sekali saja di dunia ini, tetapi jika Anda hidup dengan benar,

sekali saja sudah cukup

------------------------

Kita belajar lebih banyak dari orang yang belajar sendiri

------------------------

Percayalah kepada orang yang sudah mengalami apa yang dikatakannya

------------------------

Negara akan jatuh kedalam kegelapan bila penguasa dan rakyatnya tidak yakin

akan dirinya sendiri

------------------------

Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya sesama mukmin ( Rasullullah Saw )

----------------------------------------------

Berbahagialah orang yang disibukkan oleh aibnya sendiri sehingga tidak memperhatikan aib orang lain (Rasullullah Saw)

----------------------------------------------

Di antara tanda baiknya keIslaman seseorang, ialah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat

(HR. Tirmidzi)

----------------------------------------------

Orang bijak adalah dia yang hari ini mengerjakan apa yang orang lain akan mengerjakannya

tiga hari kemudian

( Abdullah Ibnu Mubarak )

Tidak peduli seberapa lambat jalanmu, yang penting adalah jangan pernah berhenti berjalan (Confucius )

------------------------

Melalui pengalaman kita dapat menjadi bijaksana

------------------------

Semakin banyak hal yang diketahui seseorang, maka ia akan mengerti bahwa semakin banyak lagi yang perlu diketahui

------------------------

Memiliki waktu senggang tanpa belajar adalah sia-sia.

----------------------------------------------

Langkah pertama mencapai keberhasilan adalah melakukan suatu perkerjaan kecil dengan sebaik-baiknya dan dengan cara yang benar, hingga keberhasilan dapat tercapai.Setelah itu lakukanlah pada hal yang lebih besar

(ary)

Selasa, 18 November 2008

Teori Relativitas Einstein Dalam Kehidupan Kita

Seperti kita ketahui Teori Einstein menyatakan bahwa “terdapat hubungan yang erat antara zat dan energi, zat dapat dimusnahkan, sebagai gantinya akan diperoleh energi. Sebaliknya energi juga dapat diubah menjadi zat”.
(Albert Einstein, 1879 – 1955).

Rumus Einstein tersebut adalah :

e = m.c^2

Meminjam rumus Einstein tersebut, saya ingin menjelaskan mengenai rumus tersebut, tentu saja menurut versi saya tanpa mengurangi nilai Teori tersebut. Berawal dari pengamatan diri saya baik itu pikiran, ucapan, maupun perbuatan dari sejak kecil hingga sekarang dan yang akan datang, maka tanpa saya sadari ternyata secara langsung maupun tidak langsung saya telah menerapkan Teori Einstein tersebut dalam setiap aktivitas kehidupan saya. Ini terbukti salah satunya dengan banyaknya pembenaran yang saya alami terhadap apa-apa yang saya pikirkan, ucapkan dan lakukan. Sehingga saya berpikir bahwa kecepatan dan percepatan dalam diri saya terkadang melebihi kecepatan dan percepatan di luar diri saya. Seperti kata Einstein “karena aku bergerak cepat maka waktuku bergerak lambat”, atau seperti contoh seorang astronot yang “terbang” ke angkasa luar dengan pesawat yang berkecepatan cahaya (3 x 10 8 m/s ), setelah melakukan perjalanan di angkasa luar, dia pulang ke bumi, namun ia melihat perubahan besar di “bumi” setelah ia tinggalkan, saudaranya ia lihat sudah menjadi lebih tua daripadanya,( Sebenarnya siapa yang bergerak lebih cepat ?) atau kecepatan antara orang di dalam mobil yang sedang melaju dengan orang di luarnya, atau seperti kegiatan orang yang sedang menunggu sesuatu, or kegiatan mendengarkan pembicaraan orang yang membosankan dll.. Inilah teori relativitas Einstein. Namun untuk jelasnya saya kira hanya Einstein dan Andalah yang lebih tahu. 

Sekarang saya hanya akan menjelaskan secara singkat teori tersebut menurut versi saya. Cuma ada penambahan satu indikator dalam rumus tersebut, yang menurut saya di sinilah point terpenting dari semua indikator dalam rumus tersebut. Dan ini merupakan bagian dari my konsep, yaitu Is-Q ( Islam Quotient ). Adapun rumus tersebut adalah :


E = Energy of people / organization / country
Energi / kemampuan yang akan membawa perubahan atau perbaikan pada diri seseorang. Dengan Energi tersebut membuat seseorang bergerak lebih cepat dibandingkan dengan pergerakan dan perubahan pada diri orang tersebut.

I = Iman of Muslim
Kenapa saya menambahkan indikator Iman dalam rumus tersebut, karena dengan memahami Islam secara utuh, maka akan menambah keimanan kita, tentu saja definisi Iman yang sebenarnya, so tidak hanya Iman di mulut saja, tapi Iman di hati kita, dan di setiap perbuatan kita. Sehingga Iman tersebut dapat dijadikan pengontrol dan pembatas bagi seseorang dalam berpikir, berkata dan berbuat dalam aktivitas kehidupannya agar tidak menyimpang dari ajaran Islam.
Seperti dalam Hadits Nabi :

”Dari Umar ra. berkata : Pada suatu hari tatkala kami duduk bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba tampaklah seorang laki-laki kepada kami yang berpakaian sangat putih, rambut sangat hitam, tak terlihat sedikitpun padanya tanda-tanda bekas perjalanan ........... Lalu dia duduk dihadapan Nabi, seraya bertanya :”Wahai Muhammad, terangkanlah padaku tentang IMAN?”, Nabi menjawab, ”Hendaklah engkau beriman kepada ALLAH, Malaikat-malaikatNYA, Kitab-kitabNYA, kepada Utusan-utusanNYA (Rasul), Hari kiamat dan kepada Takdir yang baik dan yang buruk .................... ”. (HR. Imam Muslim).


m = mencari kebenaran

Kebenaran seutuhnya itu hanyalah milik ALLAH, dalam firman ALLAH SWT :

”Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghoib, melaksanakan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang kami berikan kepada mereka.” (Al Baqarah : 2-3)

Serta dalah Hadits Rasul :

”Kitab ALLAH itulah solusi kalian. Didalam kitab itu ada cerita peristiwa sebelum kamu, ada berita setelah kamu dan ada hukum diantara kamu. Dia firman yang tegas, tidak main-main. Siapapun Raja otoriter yang enggan melaksanakannya niscaya hancur. Barang siapa mencari petunjuk pada selainnya akan tersesat. Dialah tali perjanjian ALLAH yang kokoh, pengingat yang bijaksana sekaligus jalan yang lurus. Dengan kitab suci itu, hawa nafsu tidak akan menyimpang. Dengannya lisan-lisan tidak akan kacau .................. ”. (HR. Tirmidzi)

- Seorang pencari kebenaran akan menemukan kebenaran yang ia cari.
- Jika telah sampai kebenaran kepada kita, maka terimalah kebenaran itu, dan
jadilah pejuang kebenaran yang menyampaikan kebenaran.
- Kalau sekarang kita sulit menemukan kebenaran, bukan berarti kebenaran itu
hilang, atau bahkan tidak ada, kebenaran hanya tertutup oleh hal-hal yang
ingin merusak atau mengaburkan kebenaran, ia hanya akan ditemukan oleh para
pencari keenaran, sekalipun kebenaran itu berada di lubang semut atau lembah
jurang yang sangat dalam. Orang inilah pencari kebenaran yang sejati.
- Sesuatu yang benar itu akan mengalami pembenaran dengan sendirinya, kapan
saja, di mana saja, dan siapa saja, kebenaran tetaplah kebenaran.

Setiap orang bisa mencari kebenaran, namun untuk itu juga diperlukan orang yang juga mencari knowledge ( ilmu pengetahuan ) . So, jangan memutuskan sesuatu jika tidak ada pengetahuan mengenai sesuatu hal serta jadilah orang yang suka memperbaiki diri menjadi lebih baik.

c1 = Creative
Kreatif hanyalah sebuah kata pendek dan sederhana. Namun, berkat pemikiran kreatif kita bisa melihat kesuksesan dan kemajuan di segala bidang. Berpikir kreatif adalah salah satu kunci keberhasilan.


c2 = Communication

Komunikasi adalah sarana kita untuk berinteraksi dengan orang lain. Dengan banyak komunikasi diri kita dengan orang lain, maka semakin menambah informasi yang kita dapatkan. Dan makin kita sadari betapa berartinya dan betapa pentingnya diri kita baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Sehingga satu sama lain bisa saling memiliki arti bagi yang lainnya.

So ...... Sering-seringlah berkomunikasi dengan cara verbal maupun non-verbal. Jangan jadikan waktu dan tempat sebagai penghalang atau hambatan dalam berkomunikasi. Dan tentunya, berkomunikasi dan bergaul dengan orang-orang yang baik.

Seperti dalam Hadits Nabi Saw:

Sesungguhnya perumpamaan bergaul dengan teman yang baik dan orang yang jahat adalah seperti bergaul dengan penjual minyak wangi dan pandai besi. Teman penjual minyak wangi itu boleh jadi akan memberi minyak wangi kepadamu atau kamu dapat membelinya atau paling tidak kamu akan mendapat bau harum daripadanya. Sedangkan teman pandai besi, boleh jadi akan membuat pakaianmu berlubang (terbakar) atau paling tidak kamu ikut hangus dengannya.” (HR. Bukhari-Muslim)

(ary)



http://rani-juliani.blogspot.com/

Selasa, 28 Oktober 2008

Muslim Creative

“Kreatif“ hanyalah sebuah kata pendek dan sederhana. Namun, berkat pemikiran kreatif kita bisa melihat kesuksesan dan kemajuan di segala bidang. Dalam hal ini saya akan mencoba membagi sedikit pengalaman saya tentang 10 cara berpikir kreatif, yang Insya Allah berguna bagi kita semua, khususnya bagi yang merasa dirinya Remaja Muslim, benar or tidak, masih banyak orang mengira bahwa Islam tidak mengajarkan kreatifitas karena tidak bisa dipungkiri bahwa memang terbukti orang Islam pada umumnya tidak kreatif, dan saya bukanlah orang yang paling kreatif tapi saya sebagai Muslim merasa mempunyai kewajiban untuk menjadi Muslim yang Kreatif sesuai yang diajarkan oleh Islam dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mewujudkannya, makanya saya juga berusaha mengajak saudara-saudara agar menjadi Muslim yang kreatif, kreatif dalam segala hal, selagi itu masih dalam koridor yang tidak bertentangan dengan Islam, maka dari itu pula saya juga membuat ‘gerakan’ yang dinamakan MUSLIM CREATIVE, salah satu tujuannya tidak lain untuk mensosialisasikan bahwa Muslim pun harus kreatif. Dan berpkir kreatif merupakan bagian dari “Manajemen Diri” yang juga merupakan bagian dari konsep yang sedang saya kembangkan yaitu Is-Q (Islam Quotient / Kecerdasan Islam). Ada sebuah pertanyaan yang hanya dijawab dengan perbuatan, yaitu bagaimana kita bisa menjadi Manusia Beragama yang lebih kreatif ketimbang Manusia Sekuler yang paling Kreatif ???. Seperti kita ketahui potensi nalar manusia ternyata jauh dari dugaan kita selama ini. Diperkirakan Otak manusia yang sudah teraktualisasikan rata-rata baru sekitar 8 % dari seluruh potensi yang ada. Cuma ada pertanyaan lagi, apa kita termasuk orang yang sudah memakai otak sebanyak 8 % tadi ???. Sayangnya cara belajar kita lebih banyak mengandalkan belahan otak kiri, yang bekerja secara Linier, Repetitif, Analitik, Partikularistik, & Reproduktif. Akibatnya, Integensi Spiritual, Emosional, & Intelegensi lainnya kurang aktif, dan efektif yang pada akhirnya masyarakat semacam ini tidak kreatif, tidak inovatif dalam mengembangkan peradaban, yang kemudian mengemuka adalah Tradisi Menghafal, Meniru, dan Transfer pengetahuan karena paradigma berpikirnya cenderung monoton dan konvergen. So, Tidak berlebihan kalau, berpikii kreatif merupakan salah satu kunci keberhasilan. Berikut ini cara yang bisa dicoba, dan silahkan buktikan.

1. Berpikir, semua bisa dilakukan

Yakinlah sesuatu yang akan kita kerjakan mampu kita selesaikan. Artinya, harus optimis. Buang ungkapan bernada pesimis. Pernyataan optimis melatih kita untuk berani masuk ke persoalan. Pola pikir kita pun berkembang, karena dipaksa memeras otak untuk mewujudkan tekad itu.

2. Hilangkan cara berpikir konservatif

Pola pikir konservatif dimulai dengan kekhawatiran untuk menerima perubahan, meski perubahan itu menguntungkan. Karena ingin mempertahankan gaya konservatif, perubahan ditanggapi secara dingin, bahkan dipersepsikan sebagai ancaman.
Hendaknya disadari, cara berpikir konservatif mengekang pemikiran kreaif karena pikiran dibekukan oleh sesuatu yang statis. Padahal kita harus selalu berpikiran dinamis, dengan terus mengolah pemikiran untuk menemukan pola pikir yang efektif dan tepat bagi kita. Jadi,untuk itu kita perlu terbuka terhadap masukan, untuk kita proses sehingga menjadi pemikiran yang kreatif. Lalu mencoba pekerjaan atau hal di luar bidang kita. Untuk “memperkaya” diri, pola pikir juga perlu dibiasakan dari hal yang tidak biasa. Selanjutnya, kita harus proaktif, artinya kita jangan hanya “menunggu bola”, tapi kita harus “menjemput bola” .

3. Tingkatkan kuantitas dan kualitas pekerjaan

Jangan cepat puas. Semakin cepat puas berarti menutup diri pada pekerjaan lain yang dapat memperkaya perkembangan diri. Kesanggupan menerima pekerjaan lain, berarti kita membuka diri pada tantangan baru. Untuk itu kita dituntut berpikir cerdas dan efektif. Lalu perbaiki kualitas hasil kerja. Maksudnya, sekecil apapun pekerjaan, kita tidak boleh mengabaikan kualitas hasilnya, karena itu cerminan hasil pemikiran kita. Semakin bagus kualitasnya semakin bagus pula kualitas daya pikir kita.

4. Perbanyak kebiasaan bertanya
Sebenarnya banyak hal dalam kehidupan kita yang menuntut kita untuk berpikir dan bertanya. Bertanya merupakan indikator bahwa pikiran kita masih jalan dan selalu dinamis. Dengan bertanya, berarti kita mencoba menguji daya kritis kita. Dengan bertanya, pemikiran kita bertemu dengan pemikiran oran lain yang mengandung hal-hal yang baru, sehingga cakrawala berpikir kita semakin luas. Juga membuat kita tidak terpaku dengan pemikiran kita sendiri dan merasa benar sendiri. Kita mencoba meyakinkan apakah pemikiran kita sejalan dengan orang lain?. Hal ini membuat kita semakin kreatif karena berusaha terbuka terhadap pemikiran dari luar.

5. Jadilah pendengar yang baik

Di samping kita menjadi seorang yang vokalis, kita juga dituntut untuk menjadi pendengar(listener) yang baik, itu berarti sanggup mendengarkan setiap informasi dari luar. Tapi hal ini jangan dipakai untuk mendengarkan gossip atau hal-hal yang tidak bermanfaat. Tapi kenyataannya kita lebih mendengarkan hal-hal yang tidak bermanfaat daripada mendengarkan hal-hal yang betul-betul memerlukan pemikiran kita dan bermanfaat bagi kita.

6. Gunakan waktu kita untuk hal-hal yang bermanfaat

Menurut saya tidak ada yang namanya waktu luang, yang ada adalah bagaimana memanfaatkan atau mengisi waktu kita yang tersisa dengan hal-hal yang bermanfaat dan tentu saja tidak bertentangan dengan agama kita. Saya baru merasa bahagia jika berhasil memanfaat waktu untuk hal-hal yang bermanfaat bagiku. Memanfaatkan waktu tidak hanya dengan hal-hal yang berupa kegiatan, tapi bisa juga dengan memanfaatkan waktu kita untuk berpikir kreatif dan mengevaluasi hasil pemikiran kita dengan pemikiran orang lain.

7. Memanfaatkan peran yang diberikan kepada kita

Sekecil apapun peran yang diberikan kepada kita, pergunakanlah dengan sebaik-baiknya, sehingga meskipun kecil peran kita, namun orang di sekitar kita merasakan betul keberadaan kita. Untuk itu kita dituntut untuk berpikir kreatif, menggunakan segenap kemampuan yang kita miliki untuk mengeksplorasi pemikiran-pemikiran kita.

8. Buat daftar pekerjaan atau hal-hal yang tidak mungkin / mustahil dilakukan

Dengan membuat daftar pekerjaan atau hal-hal tidak dapat atau mustahil dilakukan baik oleh kita maupun orang lain, lalu kita buat urutan kemungkinan-kemungkinan dari yang terkecil hingga yang tersulit. Lalu galilah / ekplorasilah pikiran kita untuk memikirkan hal itu dari yang terkecil dulu. Buatlah pertanyaan sebanyak mungkin agar lebih mudah kita menentukan langkah awal yang akan kita lakukan.

9. Jangan melupakan masa lalu

Masa lalu bukan untuk dilupakan, karena masa lalu dapat membantu kita dalam menentukan dan memecahkan masalah .(Edisi 9). Dengan melihat masa lalu kita dapat berpikir kreatif.

10. Konsentrasi dan pikiran yang jernih

Satu hal yang tidak dapat dilupakan begitu saja, karena bagaimana kita bisa berpikir kreatif jika suasana tempat kita tidak mendukung kita untuk konsentrasi pada hal yang akan kita pikirkan, Selain itu kita juga harus berpikiran jernih dan bersikap tenang serta terkendali (tidak sedang emosi), karena jika tidak itu akan menutup jalan pikiran kita, sehingga bukannya pikiran kreatif yang dihasilkan melainkan sakit kepala. (Al Hijrah, @ry)

Catatan : Sudah selayaknya sebagai seorang Muslim kita mempunyai sikap bahwa kita sebagai manusia hanya bisa berusaha, sedangkan keputusannya kita serahkan pada Allah, karena Allah-lah tempat semuanya kembali. So, pekerjaan yang harus kita lakukan sesudah berusaha adalah dengan tidak lupa berdo`a dan beribadah kepada Allah, dengan tidak mempersukutukan-Nya dengan yang lain. Do`a dan Ibadah membentuk kepribadian Muslim Tawadhu`, artinya jika apa yang diinginkannya tercapai, tidak membuatnya berlaku Sombong, begitu juga sebaliknya, jika apa yang diinginkannya tidak tercapai atau tiak sesuai, tidak membuatnya berputus asa, justru membuatnya bertambah dekat dengan sang Pencipta.
So, salah satu kunci tercapainya hal di atas adalah jika mulai saat ini juga kita mulai melakukannya, dan perlu dingat untuk mencapai sesuatu hal yang besar, biasanya dimulai dari langkah kecil, seorang pelari marathon pun memulainya dengan langkah kecil, baru dia bisa mencapai jarak yang telah ditentukan jauhnya. Jadi, orang yang paling kreatif adalah orang yang paling dekat dengan Tuhannya, karena Allah Maha Creative, Belive it or Not !! Selamat berjuang
(ary)

Cinta Sejati,Obsesi atau Nafsu ?

Coba tanya lagi dalam hati. Apa yang kita alami dan rasakan saat ini ?. Apa kita merasa benar-benar mencintainya ?, Terobsesi dengan orang itu ? or hanya mencari “mangsa” ?. Maklum, walau dasarnya sama, tapi rasa cinta, jelas berbeda dari sekadar obsesi ingin memiliki seseorang atau nafsu.

Menurut Glenn van Ekeren dalam 12 Simple Secrets of Happiness, cinta itu buka sekadar pelukan, ciuman, dan rasa suka. Cinta itu adalah sebuah energi, yang bisa membuat seseorang menjadi lebih baik, tidak egois, dan mampu memberi kebahagian kepada pasangan satu sama lain.

Kalau kita ingin berada dekat dengan seseorang demi kebahagian diri, demi harga diri, atau karena merasa penasaran. Maka sebenarnya itu bukan Cinta. Itu lebih merupakan refleksi dari perasaan tergila-gila atau terobsesi. Kita pun akan selalu mikirin dan kepikiran orang itu.

“Kalau kita merasa tidak bisa melupakan sosok wanita atau pria yang baru dikenalnya di kafe, mall, bis dll, beberapa waktu lalu. Kalo kita merasa serba salah, bawaan pengen nelpon dia terus. Mau makan nggak selera –gak ada lauk-, tidur nggak nyenyak –banyak nyamuk sih -. Itu artinya kita sedang terobsesi sama orang itu, “ jelas Glenn.

Lain halnya, kalo kita merasa ingin selalu dekat dengannya. Kita selalu berangan berada dipelukannya, dicium, dibelai dan disayang, maka itu lebih mengarah pada nafsu. Dan Cinta sejati, sebenarnya bukan perasaan emosional seperti itu.

Tapi, apa yang kita rasakan itu normal, kok. Oleh sebab itu, jangan sia-siakan moment itu. Cuman, kata Glenn, kita harus ingat, bahwa masing-masing sebab, tentu ada akibatnya. Maksudnya, apa yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari apa yang kita perbuat. Terutama jika perbuatan kita diukur dari perspektif agama.

Oleh sebab itu, Glenn menganjurkan, sebaiknya kita belajar mencintai seseorang, tanpa berharap untuk dicintai orang itu. Dan akan lebih baik lagi, kalau kita mo introspeksi diri, apa yang sebenarnya kita inginkan dan apa yang dia harapkan.Seperti yang Element katakan dalam bait lagunya berikut ini, “Cinta sejati yang bisa memberi tanpa harus menerima, Dia kan membawa damai dan bahagiakan jiwa tuk semua manusia, hanya cinta sejati yang bisa bertahan tanpa mengenal waktu, tak kan pernah sirna bagaikan karang di samudera kan abadi tuk selamanya….../ Atau seperti yang dituturka oleh KAHLIL GIBRAN dalam syairnya “ Cinta sejati hanya menuntunmu, untuk menyelamatkannya, bahkan dari sergapan dirimu sendiri. Cinta sejati menginginkan keselamatan, dari golakan api, yang menahan langkahku, untuk mengikuti lajumu, mengembara ke tempat-tempat jauh. Cinta sejati meredam gelegar ambisiku, agar engkau senantiasa mereguk, kebebasan dan kebenaran hidup. Cinta sejati hanya berjuang, untuk merengkuh dirinya sendiri, sementara cinta palsu, hanya berjuang untuk memeluk, orang yang dicintainya”. (Ary-PP,04/03)

Buat Anak kok Coba-coba???

Pernah lihat salah satu iklan di TV, yang memakai kalimat ini “Buat Anak kok Coba-coba“, ana melihat apa yang dilakukan oleh sebagian remaja, khususnya remaja di kota-kota besar, tidaklah jauh berbeda dengan kalimat di atas, dan ironinya lagi adalah yang melakukannya adalah remaja Islam, nauzubillah. Mereka melakukannya seperti akan membeli sepatu atau pakaian, yang jika pas baru dibeli, kalo gak ‘dicampakkan’. Akibatnya adalah yang menanggung derita adalah kaum perempuan, yang mestinya harus menjaga dan dijaga kehormatannya. Kehamilan yang tidak dinginkan, AIDS, penyakit kelamin, dan seabreg masalah lainnya memang bisa timbul dari hubungan seks pra-nikah. Herannya, masalah kayak gini tetap saja sering dialami para remaja yang sedang “semangat-semangat”nya berpacaran. Memangnya, susah ya pacaran nggak pake “acara” gitu-gituan ?.

Banyak faktor pendorong terjadinya seks pra-nikah. Perasaan cinta yang terlalu dalam, pengikat hubungan dan rencana pernikahan dalam waktu dekat, bisa menjadi alasan. Termasuk pula pengaruh kebudayaan dan informasi global yang ‘disponsori’ oleh kaum zionis untuk menghancurkan akhlaq, khususnya remaja Islam.

Mungkin untuk mereka yang sudah “kecemplung” melakukannya, ada kiat-kiat untuk menghindari bahaya-bahaya seperti diatas. Namun, untuk mereka yang belum, sangat perlu buat melengkapi diri dengan “jurus-jurus” jitu.

Menurut penelitian hubungan intim semasa pacaran lebih disebabkan keinginan pihak pria. Nah, si pria yang diasumsikan secara general lebih aktif, dominan dan banyak maunya, mendorong si wanita dengan berbagai usaha untuk setuju ber”intim” ria. Gayung bersambut, wanita dengan segala kepasrahannya akhirnya mau juga – atau memang ada yang sudah menunggu-menunggu hal tsb ? –untuk “membuktikan” cintanya dengan menyerahkan ‘tahta’nya. Tampaknya memang jender sekali, tapi begitulah penelitian itu menyebutkan.

Berani Bilang ‘ Tidak ‘

Lebih jauh, pacaran sebenarnya adalah tahap penjajakan yang belum tentu berakhir dengan pernikahan. Dalam fase tersebut, tidak menyertakan ke’intiman’ dengan alasan moral, resiko kesehatan sebagai tanda sehatnya hubungan pacaran, apalagi jika dikaitkan dengan masalah keimanan, jauh sekali penerapannya.

Untuk mengantisipasinya, komitmen adalah hal yang utama. Kalau dari awal-awal jadian pasangan tersebut menyetujui tidak akan neko-neko dan ‘macem-macem’, salah satu pihak bisa komplain kalau kemudian hari ada yang melanggar ‘aturan main’, jika itu masih juga terjadi, kayaknya hubungan itu perlu ditinjau lebih jauh lagi, daripada nanti ‘kebablasan’, yang ujung-ujungnya mendatangkan penyesalan yang tiada arti lagi. Think it !.

Dari hasil penelitian pun menunjukkan bahwa ‘jurus’ bilang ‘Tidak’ dengan alasan ‘itu dosa besar’ cukup ampuh. Soalnya, bilang takut hamil kan sudah ada alat pengaman –meskipun belum tentu juga aman-,. Bilang takut kena penyakit, kan sudah ada obatnya dan sebagainya. Biasanya, pria bakal berpikir tujuh kali untuk mengajak pasangannya berasyik-masyuk kalau dingatkan akan dosa.

Melihat fenomena di atas, maka tidak lah salah dan berlebihan –dan sudah seharusnya kita tidak menyalahkan mereka - jika kita melihat ada sebagian orang atau kelompok yang bahkan sudah mengharamkan tentang tidak bolehnya pacaran. Jika kita mau melihat dari sudut pandang mereka, maka kita akan melihat bahwa setidaknya mereka memiliki alasan kuat untuk melakukannya dan sepertinya sesuai dengan penelitian tadi, bahwa faktor dosa tadi merupakan salah satu hal yang menyebabkan mereka memilih tidak berpacaran. Dengan tidak berpacaran berarti mereka telah ‘memotong’ banyak mata rantai yang menyebabkan atau yang menjadi faktor penyebab terjadinya hal-hal yang tidak dinginkan dalam pacaran. Selain itu, mungkin mereka melakukannya karena mereka hanya berusaha untuk berhati-hati. Berhati-hati terhadap hal-hal yang akan merusak diri dan keimanan mereka, mungkin mereka menyadari akan kemampuan diri mereka, jadi jika mereka berpacaran, dikhawatirkan akan merusak diri dan keimanan mereka, dari situlah mereka akhirnya memilih untuk tidak berpacaran.

Mungkin ada yang bertanya, “ bagaimana menurut pendapat ana sendiri tentang pacaran ?”. Dalam hal ini ana memilih jalur ana sendiri tanpa ‘mengikuti’ kedua kutub yang saling bersebrangan tersebut, tapi perlu ana tekankan sekali bahwa jalan tengah yang ana pilih ini bukan berarti jalan yang terbaik, benar, dan sesuai dengan ajaran Islam. Jadi, jalan yang ana pilih ini setidaknya meminimalisir dosa yang ditimbulkan dari pacaran. Intinya, ana memilih jalur Pacaran Bersyarat. Artinya jika ana mau pacaran ana harus memenuhi syarat-syarat yang ana buat, jika ana bisa memenuhinya, maka ana boleh berpacaran, namun jika tidak, maka ana memilih untuk tidak dulu berpacaran, sampai ana bisa memenuhinya. Jadi ana harus berpikir dulu apa niat ana untuk berpacaran. Simple kan ?. (Baca : Cinta, Obsesi, atau Nafsu ?)

Memang, sebenarnya masih banyak yang bisa digali dan dipertanyakan mengenai keabsahan penelitian tersebut. Namun, untuk satu hal kita sepakat bahwa ke’intiman’ dalam pacaran haruslah dibatasi untuk mencegah hal yang tidak dingini, dan hal-hal yang dilarang oleh agama kita. Betul ? (Ary-PP)

Dear Diary

Hi, friend, kalian pernah dengar salam seperti judul di atas ? dan kalian pernah dengar lagunya Britney Spears, yang judule Dear Diary or kalian juga pernah nonton sinetron ABG (Akibat Banyak Gaul ?), gini nih, kalian lihat kan gimana Dessy nuangin lika-liku kehidupan sehari-harinya, baik itu dengan temannya, keluarganya, gurunya, maupun pacarnya, ke dalam sebuah Diary. Nah, ternyata menulis Diary itu merupakan hobby yang baik sekali, terutama bagi kita-kita, karena Diary ternyata menyimpan keajaiban tersendiri bagi kita, bentuknya memang cuma sebuah buku –or nulisnya di komputer ?-, tapi manfaatnya gede banget. Diary nggak sekadar temen curhat, tapi juga sumber kekuatan buat ngadepin problem.

Namun, Sering kita nggak sadar kalo Diary atau buku harian bisa menjadi pengobat kesedihan lebih dari yang dibayangkan. Nggak cuma tempat buang omelan, rasa kangen, atau pujian tentang segala hal, tapi juga sumber kekuatan buat mental kita. Coba perhatiin deh orang yang nggak punya buku harian ama orang yang rajin menulis buku harian. Pasti terlihat jelas perbedaannyabaik secara langsung maupun nggak langsung. Orang yang rajin menulis Diary setiap hari lebih memiliki semangat, harapan dan optimis lebih ketimbang yang nggak. Betul ?

Sah-sah aja sih kalo ada orang bilang cuma mereka yang lemah dan cengeng aja yang nulis Diary, but nggak semua terbukti kayak gitu khan ?. Ada kok Professor yang galak, tegas dan dosen killer yang rajin nulis segala hal isi hatinya di Diary. Bahkan ada juga seorang Jenderal yang juga punya kebiasaan yang satu ini. Intinya bukan soal ‘cengeng’ atau nggak, tapi gimana kita ngungkapin apa yang nggak bisa kita bagi ke orang lain. Sadar atau tidak, curhatan itu mengurangi beban dan pikiran, yang akhirnya bikin kita nggak lemah lagi. Justru setelahnya, timbul semangat baru yang menjadi kekuatan kita dalam ngadepin problem.

Buat kamu yang belum pernah nyoba curhat di Diary. Coba deh untuk ngelakuin hal ini. Manfaatnya mungkin nggak langsung bisa dirasain, but setelah sesering mungkin menulis dan ngelepasin emosi di tulisan, baru akan terasa efeknya. Bahkan bisa jadi, di masa yang akan datang Diary kita bisa jadi petunjuk sejarah bagi generasi selanjutnya –bukankah kita juga nantinya bagian dari sejarah ? - seperti halnya buku harian yang ditulis oleh Ibu Kartini, atau jadi bahan inspirasi pembuatan novel seperti Bridget Jones`s Diary-nya si Helen Fielding, ceritanya tentang seorang cewek yang mau bekerja keras untuk mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya, namun tetap enjoy bagaimanapun kehidupannya yang mereka hadapi –gimana penasaran, baca aja, ada kok di Gramed, diskon pula, promosi ni ye, he…he… J….J……

Selain bisa membantu kita dalam memecahkan masalah, menulis Diary juga merupakan awal yang baik untuk menjadi seoarang penulis profesional. Banyak penulis yang awalnya dari menulis Diary ini, Dessy juga nggak bakalan lama lagi akan menjadi penulis di majalah remaja Belia, berkat dukungan pak Jayus yang melihat potensi yang besar dari diri Dessy – ini juga berkat ‘saingan’nya Dessy yang memperbanyak dan menyebarkan isi Diary Dessy ke setiap orang di sekolahnya, temasuk ya pak Jayus itu. Saya aja ‘ngiri’ ama Dessy, coba aja waktu saya masih sekolah dulu udah rajin nulis, tentu banyak hal yang bisa saya ‘rekam’ tentang masa-masa yang kata orang masa bahagia. Akibat saya nggak merekam setiap aktivitas saya selama sekolah dulu, saya jadi ‘kehilangan’ sebagian besar bahan untuk menulis –salah satunya novel, padahal ancang-ancangnya sudah waktu SMA dulu. But, setidaknya saya mendapatkan hikmahnya, artinya mulai sekarang –tepatnya satu tahun lalu- saya mulai ‘merekam’ setiap pemikiran dan pengalaman saya agar tidak ‘tercecer’ lagi, dan agar nggak di ‘cap’ ngambil ide orang lain.

So, sekarang saya akan sangat senang sekali dan berterima kasih sekali, jika kalian mau berbagi pengalaman dan permasalahan dengan saya, karena ini merupakan bagian dari materi kuliah saya di ‘Unsri’ or ‘UMP’. Mengenai rahasia, jangan ditanya, saya memiliki kode etik sendiri tentang hal tersebut. Saya juga tahu perasaannya kalo rahasia kita diketahui oleh orang yang tidak berhak –baca tulisan saya “hati-hati kita lagi diintip !”. Saya juga nggak mungkin menyimpan semua masalah orang dalam memory, disamping ‘kapasitas’ memory saya yang masih terbatas, juga dikhawatirkan jika masih disimpan, maka suatu saat akan ada ‘cracker’ yang berusaha meng-crack memory otak saya, jadi daripada itu terjadi lebih baik saya ‘delete’ aja rahasia Anda dari ‘komputer’ saya, tentu saja sebelumnya saya pastikan masalahnya telah diselesaikan dan saya bisa belajar dari masalah tersebut untuk saya ambil intisari / hikmahnya, sebagai bahan bagi saya dalam mengambil keputusan selanjutnya. I`ll waiting right now, Anda tahu di mana bisa menghubungi saya.

Otre? Big Thx 4 U

(ary)

Tafakkur

Demi Masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat-menasehati supaya menta`ati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran“. (Qs.Al-Ashr :1-3 )

Tahun 1423 Hijriyah telah meninggalkan kita, banyak di antara kita yang mengisi acara pergantian tahun dengan caranya masing-masing. Sebenarnya ada hal yang positif dan lebih bermanfaat, yaitu dengan memperbanyak do`a, baik untuk diri kita sendiri, keluarga kita, maupun untuk bangsa kita yang tercinta ini, agar bangsa kita ini segera keluar dari cobaan yang diberikan-Nya, dan agar Allah memberikan petunjuk kepada para pemimpin kita untuk lebih taat kepada-Nya dan dapat segera membawa bangsa kita menjadi seperti apa yang kita cita-citakan.

Selain itu ada baiknya saat ini kita melakukan tafakkur (introspeksi) terhadap diri kita. Imam Syafi`I pernah berkata ”Tafakkur satu jam, lebih baik dari ibadah satu tahun”. Kalimat ini jangan diartikan mentah-metah, sebab bagaimana mungkin amalan yang dilakukan satu jam lebih baik dari ibadah selama satu tahun ?. Sebenarnya dalam hal ini Imam Syafi`i tidak mengajak agar orang melakukan tafakkur satu jam, lalu tak perlu beribadah selama satu tahun, sama sekali tidak. Imam Syafi`i hanya ingin menekankan pentingny merenung, instropeksi, dan mengevaluasi amalan-amalan yang telah kita lakukan.

Namun untuk mengevaluasi amalan, kita tidak perlu menunggu selama satu tahun. Alangkah baiknya kalau setiap hari kita selalu mengevaluasi amalan-malan kita, agar kita bisa memperbaiki diri kita dengan cepat tanpa menunggu satu tahun. Kalau begitu berarti apa yang difirmankan Allah dalam surat Al-Ashr itu menjadi kenyataan, karena memang kita sebenarnya berada dalam kerugian. Kita selalu menunda-nunda untuk berbuat baik padahal kita disuruh untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, kita selalu menunda-nunda untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, padahal kita tidak tahu kapan dan berapa lama lagi kita hidup di dunia ini, karena kalau nafas sudah sampai di tenggorokan, sudah terlambat bagi kita untuk berbuat kebaikan dan sudah tertutup pintu taubat bagi kita. Untuk itu mari kita gunakan waktu yang tersisa ini untuk memperbaiki ke-Islaman kita agar menjadi Muslim yang Kaffah (utuh).

Untuk itu kini merupakan saat yang tepat bagi kita memulai tahun 1424 H ini dengan ber-Hijrah. Itulah makanya saya menamakan gerakan nasihat-menasihati dan nama perusahaan saya ini dengan Al-Hijrah, yang Alhamdulillah telah menemani Anda dan telah memberikan warna tersendiri baik bagi saya pribadi maupun bagi Anda. Tak terasa sudah 1 tahun Al Hijrah ini resmi berdiri (1 Muharram 1423 H), namun 1 tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk tidak melakukan perubahan-perubahan, baik perubahan dari Al Hijrah sendiri maupun perubahan dalam diri saya, namun tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan Al Hijrah bagi saya telah banyak membawa perubahan bagi saya pribadi –bagaimana dengan Anda ?-, bagi saya di sinilah kuliah/sekolah saya yang sebenarnya – masalah ini akan saya bahas dalam tulisan tersendiri -, saya yang 1 tahun lalu beda dengan saya yang sekarang, jangankan 1 tahun yang lalu, 1 bulan, 1 hari, setiap waktu saya selalu ber-Metamorfosis, namun saya suka itu karena perubahan yang terjadi adalah perubahan yang menurut saya ideal dengan jadi diri saya, dan insya Allah perubahan itu merupakan perubahan yang positif dan diridhai oleh Allah, Amiin.

Mungkin keberadaan Al Hijrah di sini telah banyak menimbulkan perbedaan penafsiran, tetapi itu wajar saja dalam iklim “demokrasi” sekarang ini, pokoknya selagi saya masih bisa bernafas, maju terus pantang mundur, insya Allah saya tetap istiqomah dalam perjuangan ini, dan semoga Allah meridhainya, Amiin.

Apa yang saya lakukan sekarang ini hanya merupakan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya sejak dulu. Saya hanya berusaha untuk berbuat adil terhadap kehidupan dunia dan akhirat saya. Jadi, (maaf) salah besar kalau ada anggapan bahwa Al Hijrah atau saya – dua sosok yang tidak dapat dipisahkan -, hanya memikirkan kehidupan akhirat saja, justru karena saya menyadari bahwa ada kehidupan setelah dunia, saya jadi bersemangat untuk mengejar dunia saya, untuk mengumpulkan sebanyak banyaknya bekal untuk saya bawa nanti (masalah ini juga akan saya bahas tersendiri).

Jadi, apa itu Hijrah menurut makna sekarang?. Hijrah berarti meninggalkan segala perilaku jahilliyah kita (segala sesuatu yang dilarang oleh Allah) dan melakukan segala sesuatu yang diridhai dan diperintah oleh Allah Swt. Semua ini akan terasa berat jika tidak dilandasi dengan niat ikhlash mengharap ridha dari Allah Swt atau jika kita memiliki BAKATâ. BAKATâ di sini adalah istilah saya untuk Bisa Ada Kalau Ada niaT / Tekad, yang kuat, tulus, bersih dan ikhlash. Karena boleh jadi apa yang kita benci / tidak suka / enggan melakukannya, di dalamnya terdapat kebaikan bagi kita, begitu juga sebaliknya, boleh jadi apa yang kamu sukai di dalamnya terdapat keburukan bagimu. Contoh simplenya : Jika kita disuruh untuk memilih minum jamu atau sirup. Kalau kita pilih jamu, boleh jadi akan merasakan pahit jika meminumnya, tapi efek selanjutnya adalah membuat badan kita menjadi sehat, segar dan bersemangat. Sebaliknya jika kita pilih sirup boleh jadi kita akan merasakan manis jika meminumnya, tapi bisa jadi efeknya malah menimbulkan penyakit. Jadi, memang sesungguhnya surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai oleh nafsu kita, sebaliknya neraka itu dikelilingi oleh hal yang disukai oleh nafsu kita.

Selain itu makna lain Hijrah seperti yang saya uraikan di atas adalah bagaimana kita menyukai suatu perubahan, selagi perubahan itu bernilai positif, baik bagi kita sendiri maupun bagi orang lain, dan tentu saja sebagai Muslim perubahan tersebut tidak keluar dari hukum Islam. Dan saya yakin Allah senang terhadap orang yang mau merubah dirinya menjadi lebih baik. Bukankah Allah berfirman pada Surat Ar Ra`d (13) :11 “…. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. ..

Kembali ke masalah Tafakkur (instropeksi), hal ini perlu kita lakukan karena merupakan cermin bagi setiap orang untuk menata langkah hidupnya yang tersisa. Dalam Islam, perhargaan terhadap fungsi masa lalu , terletak pada dua hal mendasar.

Pertama, untuk dijadikan sebagai tempat dalam mengambil pelajaran. Maksudnya adalah apa yang telah kita lakukan pada masa lalu dijadikan tempat bercermin. Apa yang buruk tidak boleh kita ulangi, sedang apa yang baik harus ditingkatkan. Banyak orang sukses yang belajar dari masa lalunya, bahkan ada istilah “kegagalan merupakan keberhasilan yang tertunda”.

Kedua, masa lalu adalah anak tangga sejarah yang harus disambung dengan anak tangga yang baru. Hidup ini merupakan perjalanan dari generasi ke generasi, di mana setiap generasi mengambil peran di zamannya masing-masing. Untuk itu sudah saatnya kita mengambil tongkat estafet dari generasi sebelum kita dalam hal menegakkan agama Allah ini dan dalam membangun negeri yang kita cintai ini, sudah saatnya orang tua-tua kita beristirahat atas perjuangannya, kini giliran kita untuk mengambil peran itu pada generasi kita, agar memberikan irama dan semangat yang baru untuk mendukung perubahan itu sendiri. Tafakkur hendaknya kita mulai dari diri kita sendiri. Orang yang mengerti bahwa dirinya tidak akan pernah diselamatkan oleh orang lain, tentu akan lebih peduli kepada dirinya sendiri -karena orang yang mengenal dirinya sendiri, dia akan mengetahui secara pasti bahwa dia memiliki potensi di luar dugaannya - (masalah ini pun akan dibahas tersendiri).

Di akhirat nanti, siapapun kita, akan memikul sendiri segala perbuatan yang telah kita lakukan. Hendaknya kita bisa mengira-ngira sejauh mana sebenarnya prestasi amal yang telah kita perbuat. Al-Baqillani mengutip sabda rasulullah Saw, ”Sesungguhnya seorang mukmin itu berada di antara 2 hal yang sangat menakutkan. Antara usia yang telah berlalu, ia tidak tahu apa yang diperbuat Allah terhadap usia yang telah lewat itu, dan antara usia yang tersisa, ia tidak tahu apa yang telah Allah tetapkan atas dirinya. Maka hendaklah setiap jiwa mengambil untuk dirinya, dari dirinya sendiri. Dari dunianya untuk akhiratnya dan dari masa mudanya untuk hari tuanya, dan dari hidupnya untuk sesudah kematiannya. Demi zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidak ada sesudah kematian waktu untuk berusaha. Sesudah dunia tak ada kehidupan kecuali surga dan neraka”.

Ada beberapa langkah praktis yang bisa kita lakukan agar kita terbiasa mengambil pelajaran (ibroh) dari masa lalu, baik dari apa yang telah dilakukan orang lain, maupun dari apa yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan dengan seluruh panca indera kita, sekecil apa pun itu, sejelek apapun masalah itu, ambillah hikmahnya. Adapun langkah praktis tersebut adalah :

Pertama, merenung, bermuhasabah atau mengevaluasi amal kita dalam satu hari. Kita hendaknya mengevaluasi diri mejelang tidur kita setiap malamnya, karena ahli surga, bukan hanya diukur dari kuantitas ibadah yang dilakukan, tapi juga dengan mengevaluasi diri kita setiap hari dan menghapus semua rasa gundahnya pada sesama muslim.

Kedua, memiliki agenda harian untk mengevaluasi amal-amal yang telah dilakukan. Agenda harian ini berisi daftar-daftar amal harian yang dianggap wajib dilakukan dan sunat-sunatnya. Contoh, kewajiban Shalat di Masjid, terutama Subuh dan Isya`, memulai pekerjaan dengan bismillah, istighfar minimal 100 kali/hari,dzikrullah, membaca Al-Qur`an, tidak ngomongin orang (gossip), tidak marah, berbuat baik terhadap orang lain dll. Sebaiknya dicatat juga alasan atau hambatan dalam melaksanakannya, dengan harapan untuk dijadikan pengalaman agar bisa diantisipasi pada waktu selanjutnya. Umar ra memberi nasehat “Hisab (hitung)-lah amal-amal kalian sendiri, sebelum amal-amal kalian dihisab oleh Allah di hari kiamat”. Tapi, ironinya, sebagian pemuda sekarang ini salah dalam menafsirkan nasehat ini, kata “hisab” yang mereka maksud adalah kata “hisap”, jadi sekarang banyak orang setiap hari kerjanya “menghisap”, baik menghisap rokok, obat-obatan terlarang, atau bahkan lem juga ikut dihisap, nauzubillah. Hal-hal seperti itu bukannya dapat memperbaiki diri, justru dapat merusak diri (alangkah bodohnya orang tersebut, tapi mereka tidak mengakui kebodohannya tersebut, padahal banyak hal positif lain yang bisa dilakukan).

Ketiga, biasakan menilai dan mempertajam kontrol terhadap diri sendiri. Dalam hal ini, kalau boleh aku mencontohkan dengan diriku sendiri (maaf). Kalau saya ditanya, “Siapa teman terdekatmu ?, maka saya akan jawab “diriku sendiri”(my close friend is my self ), ”terus siapa yang membentuk kepribadianmu seperti ini ?”, saya jawab ”diriku sendiri”, tapi sekali lagi bukannya saya mau sombong, karena semua kebenaran itu datangnya hanya dari Allah. Terus bagaimana caranya?, “caranya adalah jika saya melihat keburukan pada orang lain, aku berusaha untuk menghindarinya, begitu juga sebaliknya, jika saya melihat kebaikan pada diri seseorang, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mencontohnya, tanpa ada rasa gengsi sedikit pun, sebab kebanyakan orang sekarang ini lebih cepat mencontoh hal-hal yang sudah jelas-jelas jeleknya, tanpa perasaan berdosa dan malu sedikit pun”. Intinya sebelum berbuat sesuatu, sempatkanlah untuk bertanya dalam hati kita, ini diridhai oleh Allah atau tidak, ini benar atau salah, bagaimana jika saya diperlakukan seperti ini, jika kita tidak senang, begitu juga dengan orang lain, dan lain-lain. Jadi teorinya sederhana tirulah yang baik dan benar, hindari dan jauhi yang jahat (standarnya illahi). Dan untuk contoh yang baik tentu saja saya meniru tokoh idola saya, yaitu Rasulullah saw, rasanya semua pasti setuju, karena sesungguhnya di dalam diri Rasulullah terdapat suri tauladan (uswatun hasanah) bagi kita semua. (mengenai tokoh idola ada bahasan khusus)

Dan masih banyak lagi cara untuk mengambil pelajaran atau hikmah dari masa lalu kita, dalam Al-Qur`an banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran bagi yang memikirkannya, termasuk kegiatan nasihat-menasihati (taushiah) ini (Al-Ashr: 3), sebagaimana sabda nabi saw “setiap mukmin itu adalah cermin bagi saudaranya yang lain”. Cermin sumber informasi yang paling akurat dan jujur tentang berbagai fenomena, berkat cermin kita bisa melihat apa yang perlu kita perbaiki, sehingga jika kita melihat sesuatu yang “kotor” pada cermin kita, maka bukan cermin itu yang kita bersihkan, melainkan kita yang bercermin itulah yang perlu dibersihkan. Kebanyakan yang terjadi adalah kita membersihkan cermin itu, sehingga kita tidak dapat membersihkan sumber penyebab “kotor”nya cermin.

Hidup tak pernah berhenti bergulir. Hari demi hari terus berjalan, tugas kita adalah memanfaatkan kesempatan yang masih disisakan Allah untuk kita. Terlalu banyak pelajaran yang seharusnya membuat kita menjadi lebih baik dari yang telah lalu. Terlalu banyak pengalaman yang seharusnya menjadikan kita berhati-hati dan beritung matang untuk melangkah. Terlalu banyak peringatan yang Allah berikan untuk menyadarkan kita agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Ingat! jangan sampai terantuk pada batu yang sama. Kita tidak tahu kapan waktu yang tersisa ini habis masa pakainya, adakah kita masih menunda-nunda dan menyatakan kita masih belum siap ???

Marilah kita merenungi kembali apa-apa yang telah saya sampaikan ini, agar bermanfaat bagi kita semua, jika apa yang saya sampaikan ini benar, sesungguhnya kebenaran itu datangnya dari Allah, kalau ternyata ada kesalahan itu tidak lain karena kekhilafan saya, untuk itu saya minta maaf, dan tolong disampaikan langsung kepada saya, saya akan menerimanya dengan senang hati segala saran dan kritik yang membangun, demi kelangsungan kewajiban kita untuk saling ingat-mengingatkan ini. Semoga ini bermanfaat bagi peningkatan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Swt, dan dalam kerangka demi terwujudnya Muslim yang kaffah. Kepada Allah saya mohon ampun atas kekhilafan saya dan mungkin ada sedikit rasa sombong pada saya. Perlu diingat bahwa saya bukanlah orang yang paling beriman dan bertaqwa, saya hanyalah orang yang selalu berusaha dengan segenap kemampuan yang saya miliki untuk berubah ke arah yang lebih baik, ideal dan diridhai oleh Allah. Mari kita bangun dari tidur kita yang panjang, tataplah masa depan yang akan menghampiri kita, akankah kita mengisi masa depan kita dengan sesuatu yang jelek, sesuatu yang jauh dari a mari kita memulai memberikan yang diinginkan oleh diri kita, untuk selanjutnya kita memberikan apa yang bisa kita berikan kepada orang lain, lalu bersama mereka kita berikan sesuatu kepada negara dan agama kita yang kita cintai ini.

Akhir kata saya minta maaf lahir dan batin (taqabalallahu minna wa minkum), semoga Allah selalu melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan semoga Allah membukakan pintu hati kita untuk menerima kebenaran dari-Nya. Amiin

(ary)

Use Our Head

Gunakan “Kepala” Kita. Kalimat singkat namun cukup memiliki makna yang mendalam, tentu saja bermakna bagi orang yang memiliki “kepala”, sebab kalo `gak punya “kepala” mana mungkin bisa ngomong tentang “kepala”. Lalu, ada apa dengan kepala kita ?. Kepala merupakan organ paling vital pada tubuh kita. Saya belum pernah dengar kalo ada orang yang bisa hidup tanpa kepala. Selain itu di kepala kita juga ada yang disebut dengan otak. Nah kali ini saya ingin membahas sedikit mengenai otak.

Seperti kita ketahui bahwa pada tubuh kita terdapat sistem saraf yang berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan seluruh kegiatan pada tubuh kita. Dimana sistem saraf tersebut dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Otak merupakan bagian dari sistem saraf pusat, yang merupakan pusat koordinasi utama yang terletak di rongga kepala dan dilindungi oleh tulang tengkorak (tempurung) kepala.

Otak kita memiliki lebih dari 250 milyar sel saraf, ini membuat otak lebih canggih dan rumit daripada komputer sekarang ini, dan yang punya otak tidak lebih hebat dari yang membuat otak. Subhanallah. Tidakkah kita malu atas semua nikmat-nikmat Allah yang kita dustakan ? (baca surat 55 [Ar Rahman] ). Kita sekarang hanya menilai nikmat Allah dari hal-hal yang hanya bersifat materi saja, tidak patutkah kita untuk bersyukur ???.

Bagaimana cara kita bersyukur terhadap nikmat Allah tersebut ?. Saya yakin Anda lebih tahu daripada saya. Kali ini saya hanya akan membahas salah satu diantaranya, dalam hal ini untuk urusan otak, karena ini tidak kalah penting dan tidak bisa dianggap remeh, apa itu ?. Yach sesuai dengan judul kali ini yaitu “Gunakan Kepala Anda”.

Seperti kita ketahui, Allah telah menciptakan kita dalam bentuk yang sebaik-baiknya (At-Tiin :5). Dari “otak”lah Allah meninggikan derajat kita dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya (exp. Binatang), namun “otak” juga yang membuat kita menjadi sama atau bahkan lebih rendah dari, maaf “binatang”, nauzubillah. Ini akibat dari orang yang tidak atau salah dalam menggunakan otaknya, dalam artian dia tidak mensyukuri atak nikmat otak yang telah diberikan kepadanya, dengan tidak digunakannya menurut kehendak yang “membuat” otak.

Dengan otak kita mempunyai akal dan pikiran, dengan itu juga kita dapat melihat dan merasakan perkembangan diberbagai bidang Hal-hal yang kita anggap kuno, sekarang menjadi “modern”, namun yang sekarang kita anggap modern, nantinya juga akan menjadi kuno seiring dengan berkembangnya fungsi otak kita dan sifat dasar manusia yang tidak pernah puas sampai maut datang menjemputnya

Namun pertanyaannya adalah sudahkah kita menggunakan “otak” kita secara maksimal dan sesuai dengan yang membuat otak ???. Masing-masing dari kitalah yang bisa menjawabnya, saya hanya berkewajiban untuk selalu mengingatkan Anda dan terutama diri saya sendiri.

Ada “kisah” singkat untuk menjelaskan sedikit inti dari apa yang ingin saya sampaikan kali ini, yaitu tentang seorang yang menjadi pembicara pada suatu seminar, di mana dalam menyampaikan gagasannya, dia mengutip habis teori-teori barat dan dalam referensial makalahnya “dihiasi” oleh nama-nama Barat, “seolah-olah” itu “asli” dari mereka (orang Barat).

“Kisah” seperti ini sudah sering saya dengar dan lihat sendiri sejak dulu. Hal inilah yang membuat saya sering tidak habis pikir, kenapa ?, karena banyak umat Islam yang “tergila-gila” dengan teori-teori Barat hingga melupakan nilai-nilai atau konsep-konsep yang telah diajarkan oleh Islam itu sendiri. Uniknya dan ironisnya, konsep atau teori-teori Barat itu sendiri banyak sekali yang “ngutip” konsep yang diajarkapn Islam

Yach, itulah kita, menganggap semua yang berasal dari Barat itu baik, trend, modern dll. So, apa kalo kita `gak niru hal-hal tersebut, kita menjadi `gak modern, `gak gaul dll. ???. Apakah dengan itu semua kita memiliki alasan untuk tidak mempelajari, memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara utuh. Kenapa harus utuh ?, karena kalo `gak utuh, maka banyak masalah yang akan timbul, salah satunya seperti sekarang ini terjadi, kita hanya menganggap Islam itu hanya sekadar “ibadah ritual” saja, sehingga timbul-lah sekularisme, yaitu pemisahan antara agama dengan semua aktivitas di kehidupan kita, antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Agama hanya menjadi simbolisasi atau hak pribadi masing-masing orang, di mana setiap orang tidak berhak mencampuri urusan agamanya.

Kembali ke masalah teori-teori Barat yang kebanyakan “ngutip” kepunyaan Islam (baik diakui maupun tidak), atau setidaknya teori-teori tersebut sejalan dengan Islam. Dan itu membuktikan bahwa Islam itu sempurna, sesuai dengan perkembangan zaman, tidak seperti kebanyakan orang bilang bahwa Islam itu kuno, tidak sesuai dengan zaman, tidak modern, tidak fleksibel dll, (alasan yang tidak logis dan terkesan dibuat-buat), dan bukti bahwa Al Qur`an wahyu dari Allah, bukan buatan manusia. So, Allah sendiri yang akan menjaga kemurnian dan keaslian Al-Qur`an, sekalipun ada orang-orang yang berniat memalsukannya.

Kita `gak perlu marah karena jelas Islam itu rahmatan lil `alamin. Islam itu universal, setiap manusia berhak mempelajari islam (Al-Qur`an, red). Hanya saja, kita perlu khawatir kalau generasi kita atau generasi setelah kita tidak lagi mengenal Islam. Mereka hanya tahunya itu datang dari Barat dan yang lebih tragisnya lagi adalah kalau sampai Islam hanya tinggal sejarah. Mereka hanya tahu bahwa dulu pernah ada yang namanya Islam, tanpa tahu seperti apa itu Islam. Nauzubillah.

So, sudah saatnya kita harus introspeksi (edisi 9) dan malu akan perbuatan kita. Kenapa harus malu ?. Singkatnya begini, kalo orang-orang di luar Islam saja mau berusaha dengan giat untuk mempelajari, memahami ajaran Islam, baik untuk tujuan baik maupun tidak baik (untuk mencari kelemahan-kelemahan atau menyalahgunakan ayat-ayat Allah untuk kepentingan nafsunya). Mengapa kita sendiri yang notabene-nya adalah seorang Muslim, malas or tidak mau untuk mempelajari, memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara utuh ???. Sebuah pertanyaan klise, tapi harus dijawab dengan perbuatan / tindakan yang nyata., tanpa menunda-nunda lagi untuk berbuat, mumpung nyawa masih dikandung badan.

Marilah kita menjadi bagian dari Umat Islam yang “mayoritas” ini untuk lebih bersyukur kepada Allah, yaitu dengan menggunakan “kepala” kita untuk mengkaji nilai-nilai Islam dalam membentuk pribadi-pribadi or generasi Islami yang berwawasan iptek dan ber-Imtaq. Dan inilah salah satu tujuan dari apa-apa yang saya pikirkan, dan perbuat selama ini. Setidaknya dengan usaha untuk menjadi Muslim yang Kaffah dan metode berpikir saya, maka saya juga sedikit bisa membuat teori2 / konsep2 sendiri, tanpa harus tahu dari orang lain. Namun konsep or teori tsb mengalami pembenaran dengan sendirinya, artinya teori or konsep yang saya buat tidak bertentangan dengan keadaan yang sebenarnya. Itu berarti kita semua sebenarnya bisa membuat teori or konsep sendiri tanpa terlalu bergantung dengan teori2 Barat.

So, jangan buang-buang waktu lagi dan jangan menunda-nunda untuk berbuat kebaikan. Ayo, bangkitlah wahai saudaraku, umat Islam, mari kita Gunakan Kepala kita dan hati kita untuk menggali ajaran Islam, agar setiap hari masing-masing dari kita menghasilkan ide-ide maupun inovasi-inovasi baru, yang mana akan berdampak pada kemajuan Islam dan bangsa Indonesia yang kita cintai ini, dan agar negara kita tidak lagi dipandang sebelah mata oleh bangsa lain serta agar bangsa kita menjadi kiblat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan “pencetak’ generasi-generasi yang berkualitas lahir dan batin. Oce.

Go Muslim Creative, Go Muslim Inovatif, Go Muslim Smart, Go Muslim Quantum, Go Muslim Pelopor, Gooooooooo…..…… Now or Never.

Wallahu a`lam bishshawab.