Selasa, 28 Oktober 2008

Muslim Creative

“Kreatif“ hanyalah sebuah kata pendek dan sederhana. Namun, berkat pemikiran kreatif kita bisa melihat kesuksesan dan kemajuan di segala bidang. Dalam hal ini saya akan mencoba membagi sedikit pengalaman saya tentang 10 cara berpikir kreatif, yang Insya Allah berguna bagi kita semua, khususnya bagi yang merasa dirinya Remaja Muslim, benar or tidak, masih banyak orang mengira bahwa Islam tidak mengajarkan kreatifitas karena tidak bisa dipungkiri bahwa memang terbukti orang Islam pada umumnya tidak kreatif, dan saya bukanlah orang yang paling kreatif tapi saya sebagai Muslim merasa mempunyai kewajiban untuk menjadi Muslim yang Kreatif sesuai yang diajarkan oleh Islam dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mewujudkannya, makanya saya juga berusaha mengajak saudara-saudara agar menjadi Muslim yang kreatif, kreatif dalam segala hal, selagi itu masih dalam koridor yang tidak bertentangan dengan Islam, maka dari itu pula saya juga membuat ‘gerakan’ yang dinamakan MUSLIM CREATIVE, salah satu tujuannya tidak lain untuk mensosialisasikan bahwa Muslim pun harus kreatif. Dan berpkir kreatif merupakan bagian dari “Manajemen Diri” yang juga merupakan bagian dari konsep yang sedang saya kembangkan yaitu Is-Q (Islam Quotient / Kecerdasan Islam). Ada sebuah pertanyaan yang hanya dijawab dengan perbuatan, yaitu bagaimana kita bisa menjadi Manusia Beragama yang lebih kreatif ketimbang Manusia Sekuler yang paling Kreatif ???. Seperti kita ketahui potensi nalar manusia ternyata jauh dari dugaan kita selama ini. Diperkirakan Otak manusia yang sudah teraktualisasikan rata-rata baru sekitar 8 % dari seluruh potensi yang ada. Cuma ada pertanyaan lagi, apa kita termasuk orang yang sudah memakai otak sebanyak 8 % tadi ???. Sayangnya cara belajar kita lebih banyak mengandalkan belahan otak kiri, yang bekerja secara Linier, Repetitif, Analitik, Partikularistik, & Reproduktif. Akibatnya, Integensi Spiritual, Emosional, & Intelegensi lainnya kurang aktif, dan efektif yang pada akhirnya masyarakat semacam ini tidak kreatif, tidak inovatif dalam mengembangkan peradaban, yang kemudian mengemuka adalah Tradisi Menghafal, Meniru, dan Transfer pengetahuan karena paradigma berpikirnya cenderung monoton dan konvergen. So, Tidak berlebihan kalau, berpikii kreatif merupakan salah satu kunci keberhasilan. Berikut ini cara yang bisa dicoba, dan silahkan buktikan.

1. Berpikir, semua bisa dilakukan

Yakinlah sesuatu yang akan kita kerjakan mampu kita selesaikan. Artinya, harus optimis. Buang ungkapan bernada pesimis. Pernyataan optimis melatih kita untuk berani masuk ke persoalan. Pola pikir kita pun berkembang, karena dipaksa memeras otak untuk mewujudkan tekad itu.

2. Hilangkan cara berpikir konservatif

Pola pikir konservatif dimulai dengan kekhawatiran untuk menerima perubahan, meski perubahan itu menguntungkan. Karena ingin mempertahankan gaya konservatif, perubahan ditanggapi secara dingin, bahkan dipersepsikan sebagai ancaman.
Hendaknya disadari, cara berpikir konservatif mengekang pemikiran kreaif karena pikiran dibekukan oleh sesuatu yang statis. Padahal kita harus selalu berpikiran dinamis, dengan terus mengolah pemikiran untuk menemukan pola pikir yang efektif dan tepat bagi kita. Jadi,untuk itu kita perlu terbuka terhadap masukan, untuk kita proses sehingga menjadi pemikiran yang kreatif. Lalu mencoba pekerjaan atau hal di luar bidang kita. Untuk “memperkaya” diri, pola pikir juga perlu dibiasakan dari hal yang tidak biasa. Selanjutnya, kita harus proaktif, artinya kita jangan hanya “menunggu bola”, tapi kita harus “menjemput bola” .

3. Tingkatkan kuantitas dan kualitas pekerjaan

Jangan cepat puas. Semakin cepat puas berarti menutup diri pada pekerjaan lain yang dapat memperkaya perkembangan diri. Kesanggupan menerima pekerjaan lain, berarti kita membuka diri pada tantangan baru. Untuk itu kita dituntut berpikir cerdas dan efektif. Lalu perbaiki kualitas hasil kerja. Maksudnya, sekecil apapun pekerjaan, kita tidak boleh mengabaikan kualitas hasilnya, karena itu cerminan hasil pemikiran kita. Semakin bagus kualitasnya semakin bagus pula kualitas daya pikir kita.

4. Perbanyak kebiasaan bertanya
Sebenarnya banyak hal dalam kehidupan kita yang menuntut kita untuk berpikir dan bertanya. Bertanya merupakan indikator bahwa pikiran kita masih jalan dan selalu dinamis. Dengan bertanya, berarti kita mencoba menguji daya kritis kita. Dengan bertanya, pemikiran kita bertemu dengan pemikiran oran lain yang mengandung hal-hal yang baru, sehingga cakrawala berpikir kita semakin luas. Juga membuat kita tidak terpaku dengan pemikiran kita sendiri dan merasa benar sendiri. Kita mencoba meyakinkan apakah pemikiran kita sejalan dengan orang lain?. Hal ini membuat kita semakin kreatif karena berusaha terbuka terhadap pemikiran dari luar.

5. Jadilah pendengar yang baik

Di samping kita menjadi seorang yang vokalis, kita juga dituntut untuk menjadi pendengar(listener) yang baik, itu berarti sanggup mendengarkan setiap informasi dari luar. Tapi hal ini jangan dipakai untuk mendengarkan gossip atau hal-hal yang tidak bermanfaat. Tapi kenyataannya kita lebih mendengarkan hal-hal yang tidak bermanfaat daripada mendengarkan hal-hal yang betul-betul memerlukan pemikiran kita dan bermanfaat bagi kita.

6. Gunakan waktu kita untuk hal-hal yang bermanfaat

Menurut saya tidak ada yang namanya waktu luang, yang ada adalah bagaimana memanfaatkan atau mengisi waktu kita yang tersisa dengan hal-hal yang bermanfaat dan tentu saja tidak bertentangan dengan agama kita. Saya baru merasa bahagia jika berhasil memanfaat waktu untuk hal-hal yang bermanfaat bagiku. Memanfaatkan waktu tidak hanya dengan hal-hal yang berupa kegiatan, tapi bisa juga dengan memanfaatkan waktu kita untuk berpikir kreatif dan mengevaluasi hasil pemikiran kita dengan pemikiran orang lain.

7. Memanfaatkan peran yang diberikan kepada kita

Sekecil apapun peran yang diberikan kepada kita, pergunakanlah dengan sebaik-baiknya, sehingga meskipun kecil peran kita, namun orang di sekitar kita merasakan betul keberadaan kita. Untuk itu kita dituntut untuk berpikir kreatif, menggunakan segenap kemampuan yang kita miliki untuk mengeksplorasi pemikiran-pemikiran kita.

8. Buat daftar pekerjaan atau hal-hal yang tidak mungkin / mustahil dilakukan

Dengan membuat daftar pekerjaan atau hal-hal tidak dapat atau mustahil dilakukan baik oleh kita maupun orang lain, lalu kita buat urutan kemungkinan-kemungkinan dari yang terkecil hingga yang tersulit. Lalu galilah / ekplorasilah pikiran kita untuk memikirkan hal itu dari yang terkecil dulu. Buatlah pertanyaan sebanyak mungkin agar lebih mudah kita menentukan langkah awal yang akan kita lakukan.

9. Jangan melupakan masa lalu

Masa lalu bukan untuk dilupakan, karena masa lalu dapat membantu kita dalam menentukan dan memecahkan masalah .(Edisi 9). Dengan melihat masa lalu kita dapat berpikir kreatif.

10. Konsentrasi dan pikiran yang jernih

Satu hal yang tidak dapat dilupakan begitu saja, karena bagaimana kita bisa berpikir kreatif jika suasana tempat kita tidak mendukung kita untuk konsentrasi pada hal yang akan kita pikirkan, Selain itu kita juga harus berpikiran jernih dan bersikap tenang serta terkendali (tidak sedang emosi), karena jika tidak itu akan menutup jalan pikiran kita, sehingga bukannya pikiran kreatif yang dihasilkan melainkan sakit kepala. (Al Hijrah, @ry)

Catatan : Sudah selayaknya sebagai seorang Muslim kita mempunyai sikap bahwa kita sebagai manusia hanya bisa berusaha, sedangkan keputusannya kita serahkan pada Allah, karena Allah-lah tempat semuanya kembali. So, pekerjaan yang harus kita lakukan sesudah berusaha adalah dengan tidak lupa berdo`a dan beribadah kepada Allah, dengan tidak mempersukutukan-Nya dengan yang lain. Do`a dan Ibadah membentuk kepribadian Muslim Tawadhu`, artinya jika apa yang diinginkannya tercapai, tidak membuatnya berlaku Sombong, begitu juga sebaliknya, jika apa yang diinginkannya tidak tercapai atau tiak sesuai, tidak membuatnya berputus asa, justru membuatnya bertambah dekat dengan sang Pencipta.
So, salah satu kunci tercapainya hal di atas adalah jika mulai saat ini juga kita mulai melakukannya, dan perlu dingat untuk mencapai sesuatu hal yang besar, biasanya dimulai dari langkah kecil, seorang pelari marathon pun memulainya dengan langkah kecil, baru dia bisa mencapai jarak yang telah ditentukan jauhnya. Jadi, orang yang paling kreatif adalah orang yang paling dekat dengan Tuhannya, karena Allah Maha Creative, Belive it or Not !! Selamat berjuang
(ary)

Cinta Sejati,Obsesi atau Nafsu ?

Coba tanya lagi dalam hati. Apa yang kita alami dan rasakan saat ini ?. Apa kita merasa benar-benar mencintainya ?, Terobsesi dengan orang itu ? or hanya mencari “mangsa” ?. Maklum, walau dasarnya sama, tapi rasa cinta, jelas berbeda dari sekadar obsesi ingin memiliki seseorang atau nafsu.

Menurut Glenn van Ekeren dalam 12 Simple Secrets of Happiness, cinta itu buka sekadar pelukan, ciuman, dan rasa suka. Cinta itu adalah sebuah energi, yang bisa membuat seseorang menjadi lebih baik, tidak egois, dan mampu memberi kebahagian kepada pasangan satu sama lain.

Kalau kita ingin berada dekat dengan seseorang demi kebahagian diri, demi harga diri, atau karena merasa penasaran. Maka sebenarnya itu bukan Cinta. Itu lebih merupakan refleksi dari perasaan tergila-gila atau terobsesi. Kita pun akan selalu mikirin dan kepikiran orang itu.

“Kalau kita merasa tidak bisa melupakan sosok wanita atau pria yang baru dikenalnya di kafe, mall, bis dll, beberapa waktu lalu. Kalo kita merasa serba salah, bawaan pengen nelpon dia terus. Mau makan nggak selera –gak ada lauk-, tidur nggak nyenyak –banyak nyamuk sih -. Itu artinya kita sedang terobsesi sama orang itu, “ jelas Glenn.

Lain halnya, kalo kita merasa ingin selalu dekat dengannya. Kita selalu berangan berada dipelukannya, dicium, dibelai dan disayang, maka itu lebih mengarah pada nafsu. Dan Cinta sejati, sebenarnya bukan perasaan emosional seperti itu.

Tapi, apa yang kita rasakan itu normal, kok. Oleh sebab itu, jangan sia-siakan moment itu. Cuman, kata Glenn, kita harus ingat, bahwa masing-masing sebab, tentu ada akibatnya. Maksudnya, apa yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari apa yang kita perbuat. Terutama jika perbuatan kita diukur dari perspektif agama.

Oleh sebab itu, Glenn menganjurkan, sebaiknya kita belajar mencintai seseorang, tanpa berharap untuk dicintai orang itu. Dan akan lebih baik lagi, kalau kita mo introspeksi diri, apa yang sebenarnya kita inginkan dan apa yang dia harapkan.Seperti yang Element katakan dalam bait lagunya berikut ini, “Cinta sejati yang bisa memberi tanpa harus menerima, Dia kan membawa damai dan bahagiakan jiwa tuk semua manusia, hanya cinta sejati yang bisa bertahan tanpa mengenal waktu, tak kan pernah sirna bagaikan karang di samudera kan abadi tuk selamanya….../ Atau seperti yang dituturka oleh KAHLIL GIBRAN dalam syairnya “ Cinta sejati hanya menuntunmu, untuk menyelamatkannya, bahkan dari sergapan dirimu sendiri. Cinta sejati menginginkan keselamatan, dari golakan api, yang menahan langkahku, untuk mengikuti lajumu, mengembara ke tempat-tempat jauh. Cinta sejati meredam gelegar ambisiku, agar engkau senantiasa mereguk, kebebasan dan kebenaran hidup. Cinta sejati hanya berjuang, untuk merengkuh dirinya sendiri, sementara cinta palsu, hanya berjuang untuk memeluk, orang yang dicintainya”. (Ary-PP,04/03)

Buat Anak kok Coba-coba???

Pernah lihat salah satu iklan di TV, yang memakai kalimat ini “Buat Anak kok Coba-coba“, ana melihat apa yang dilakukan oleh sebagian remaja, khususnya remaja di kota-kota besar, tidaklah jauh berbeda dengan kalimat di atas, dan ironinya lagi adalah yang melakukannya adalah remaja Islam, nauzubillah. Mereka melakukannya seperti akan membeli sepatu atau pakaian, yang jika pas baru dibeli, kalo gak ‘dicampakkan’. Akibatnya adalah yang menanggung derita adalah kaum perempuan, yang mestinya harus menjaga dan dijaga kehormatannya. Kehamilan yang tidak dinginkan, AIDS, penyakit kelamin, dan seabreg masalah lainnya memang bisa timbul dari hubungan seks pra-nikah. Herannya, masalah kayak gini tetap saja sering dialami para remaja yang sedang “semangat-semangat”nya berpacaran. Memangnya, susah ya pacaran nggak pake “acara” gitu-gituan ?.

Banyak faktor pendorong terjadinya seks pra-nikah. Perasaan cinta yang terlalu dalam, pengikat hubungan dan rencana pernikahan dalam waktu dekat, bisa menjadi alasan. Termasuk pula pengaruh kebudayaan dan informasi global yang ‘disponsori’ oleh kaum zionis untuk menghancurkan akhlaq, khususnya remaja Islam.

Mungkin untuk mereka yang sudah “kecemplung” melakukannya, ada kiat-kiat untuk menghindari bahaya-bahaya seperti diatas. Namun, untuk mereka yang belum, sangat perlu buat melengkapi diri dengan “jurus-jurus” jitu.

Menurut penelitian hubungan intim semasa pacaran lebih disebabkan keinginan pihak pria. Nah, si pria yang diasumsikan secara general lebih aktif, dominan dan banyak maunya, mendorong si wanita dengan berbagai usaha untuk setuju ber”intim” ria. Gayung bersambut, wanita dengan segala kepasrahannya akhirnya mau juga – atau memang ada yang sudah menunggu-menunggu hal tsb ? –untuk “membuktikan” cintanya dengan menyerahkan ‘tahta’nya. Tampaknya memang jender sekali, tapi begitulah penelitian itu menyebutkan.

Berani Bilang ‘ Tidak ‘

Lebih jauh, pacaran sebenarnya adalah tahap penjajakan yang belum tentu berakhir dengan pernikahan. Dalam fase tersebut, tidak menyertakan ke’intiman’ dengan alasan moral, resiko kesehatan sebagai tanda sehatnya hubungan pacaran, apalagi jika dikaitkan dengan masalah keimanan, jauh sekali penerapannya.

Untuk mengantisipasinya, komitmen adalah hal yang utama. Kalau dari awal-awal jadian pasangan tersebut menyetujui tidak akan neko-neko dan ‘macem-macem’, salah satu pihak bisa komplain kalau kemudian hari ada yang melanggar ‘aturan main’, jika itu masih juga terjadi, kayaknya hubungan itu perlu ditinjau lebih jauh lagi, daripada nanti ‘kebablasan’, yang ujung-ujungnya mendatangkan penyesalan yang tiada arti lagi. Think it !.

Dari hasil penelitian pun menunjukkan bahwa ‘jurus’ bilang ‘Tidak’ dengan alasan ‘itu dosa besar’ cukup ampuh. Soalnya, bilang takut hamil kan sudah ada alat pengaman –meskipun belum tentu juga aman-,. Bilang takut kena penyakit, kan sudah ada obatnya dan sebagainya. Biasanya, pria bakal berpikir tujuh kali untuk mengajak pasangannya berasyik-masyuk kalau dingatkan akan dosa.

Melihat fenomena di atas, maka tidak lah salah dan berlebihan –dan sudah seharusnya kita tidak menyalahkan mereka - jika kita melihat ada sebagian orang atau kelompok yang bahkan sudah mengharamkan tentang tidak bolehnya pacaran. Jika kita mau melihat dari sudut pandang mereka, maka kita akan melihat bahwa setidaknya mereka memiliki alasan kuat untuk melakukannya dan sepertinya sesuai dengan penelitian tadi, bahwa faktor dosa tadi merupakan salah satu hal yang menyebabkan mereka memilih tidak berpacaran. Dengan tidak berpacaran berarti mereka telah ‘memotong’ banyak mata rantai yang menyebabkan atau yang menjadi faktor penyebab terjadinya hal-hal yang tidak dinginkan dalam pacaran. Selain itu, mungkin mereka melakukannya karena mereka hanya berusaha untuk berhati-hati. Berhati-hati terhadap hal-hal yang akan merusak diri dan keimanan mereka, mungkin mereka menyadari akan kemampuan diri mereka, jadi jika mereka berpacaran, dikhawatirkan akan merusak diri dan keimanan mereka, dari situlah mereka akhirnya memilih untuk tidak berpacaran.

Mungkin ada yang bertanya, “ bagaimana menurut pendapat ana sendiri tentang pacaran ?”. Dalam hal ini ana memilih jalur ana sendiri tanpa ‘mengikuti’ kedua kutub yang saling bersebrangan tersebut, tapi perlu ana tekankan sekali bahwa jalan tengah yang ana pilih ini bukan berarti jalan yang terbaik, benar, dan sesuai dengan ajaran Islam. Jadi, jalan yang ana pilih ini setidaknya meminimalisir dosa yang ditimbulkan dari pacaran. Intinya, ana memilih jalur Pacaran Bersyarat. Artinya jika ana mau pacaran ana harus memenuhi syarat-syarat yang ana buat, jika ana bisa memenuhinya, maka ana boleh berpacaran, namun jika tidak, maka ana memilih untuk tidak dulu berpacaran, sampai ana bisa memenuhinya. Jadi ana harus berpikir dulu apa niat ana untuk berpacaran. Simple kan ?. (Baca : Cinta, Obsesi, atau Nafsu ?)

Memang, sebenarnya masih banyak yang bisa digali dan dipertanyakan mengenai keabsahan penelitian tersebut. Namun, untuk satu hal kita sepakat bahwa ke’intiman’ dalam pacaran haruslah dibatasi untuk mencegah hal yang tidak dingini, dan hal-hal yang dilarang oleh agama kita. Betul ? (Ary-PP)

Dear Diary

Hi, friend, kalian pernah dengar salam seperti judul di atas ? dan kalian pernah dengar lagunya Britney Spears, yang judule Dear Diary or kalian juga pernah nonton sinetron ABG (Akibat Banyak Gaul ?), gini nih, kalian lihat kan gimana Dessy nuangin lika-liku kehidupan sehari-harinya, baik itu dengan temannya, keluarganya, gurunya, maupun pacarnya, ke dalam sebuah Diary. Nah, ternyata menulis Diary itu merupakan hobby yang baik sekali, terutama bagi kita-kita, karena Diary ternyata menyimpan keajaiban tersendiri bagi kita, bentuknya memang cuma sebuah buku –or nulisnya di komputer ?-, tapi manfaatnya gede banget. Diary nggak sekadar temen curhat, tapi juga sumber kekuatan buat ngadepin problem.

Namun, Sering kita nggak sadar kalo Diary atau buku harian bisa menjadi pengobat kesedihan lebih dari yang dibayangkan. Nggak cuma tempat buang omelan, rasa kangen, atau pujian tentang segala hal, tapi juga sumber kekuatan buat mental kita. Coba perhatiin deh orang yang nggak punya buku harian ama orang yang rajin menulis buku harian. Pasti terlihat jelas perbedaannyabaik secara langsung maupun nggak langsung. Orang yang rajin menulis Diary setiap hari lebih memiliki semangat, harapan dan optimis lebih ketimbang yang nggak. Betul ?

Sah-sah aja sih kalo ada orang bilang cuma mereka yang lemah dan cengeng aja yang nulis Diary, but nggak semua terbukti kayak gitu khan ?. Ada kok Professor yang galak, tegas dan dosen killer yang rajin nulis segala hal isi hatinya di Diary. Bahkan ada juga seorang Jenderal yang juga punya kebiasaan yang satu ini. Intinya bukan soal ‘cengeng’ atau nggak, tapi gimana kita ngungkapin apa yang nggak bisa kita bagi ke orang lain. Sadar atau tidak, curhatan itu mengurangi beban dan pikiran, yang akhirnya bikin kita nggak lemah lagi. Justru setelahnya, timbul semangat baru yang menjadi kekuatan kita dalam ngadepin problem.

Buat kamu yang belum pernah nyoba curhat di Diary. Coba deh untuk ngelakuin hal ini. Manfaatnya mungkin nggak langsung bisa dirasain, but setelah sesering mungkin menulis dan ngelepasin emosi di tulisan, baru akan terasa efeknya. Bahkan bisa jadi, di masa yang akan datang Diary kita bisa jadi petunjuk sejarah bagi generasi selanjutnya –bukankah kita juga nantinya bagian dari sejarah ? - seperti halnya buku harian yang ditulis oleh Ibu Kartini, atau jadi bahan inspirasi pembuatan novel seperti Bridget Jones`s Diary-nya si Helen Fielding, ceritanya tentang seorang cewek yang mau bekerja keras untuk mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya, namun tetap enjoy bagaimanapun kehidupannya yang mereka hadapi –gimana penasaran, baca aja, ada kok di Gramed, diskon pula, promosi ni ye, he…he… J….J……

Selain bisa membantu kita dalam memecahkan masalah, menulis Diary juga merupakan awal yang baik untuk menjadi seoarang penulis profesional. Banyak penulis yang awalnya dari menulis Diary ini, Dessy juga nggak bakalan lama lagi akan menjadi penulis di majalah remaja Belia, berkat dukungan pak Jayus yang melihat potensi yang besar dari diri Dessy – ini juga berkat ‘saingan’nya Dessy yang memperbanyak dan menyebarkan isi Diary Dessy ke setiap orang di sekolahnya, temasuk ya pak Jayus itu. Saya aja ‘ngiri’ ama Dessy, coba aja waktu saya masih sekolah dulu udah rajin nulis, tentu banyak hal yang bisa saya ‘rekam’ tentang masa-masa yang kata orang masa bahagia. Akibat saya nggak merekam setiap aktivitas saya selama sekolah dulu, saya jadi ‘kehilangan’ sebagian besar bahan untuk menulis –salah satunya novel, padahal ancang-ancangnya sudah waktu SMA dulu. But, setidaknya saya mendapatkan hikmahnya, artinya mulai sekarang –tepatnya satu tahun lalu- saya mulai ‘merekam’ setiap pemikiran dan pengalaman saya agar tidak ‘tercecer’ lagi, dan agar nggak di ‘cap’ ngambil ide orang lain.

So, sekarang saya akan sangat senang sekali dan berterima kasih sekali, jika kalian mau berbagi pengalaman dan permasalahan dengan saya, karena ini merupakan bagian dari materi kuliah saya di ‘Unsri’ or ‘UMP’. Mengenai rahasia, jangan ditanya, saya memiliki kode etik sendiri tentang hal tersebut. Saya juga tahu perasaannya kalo rahasia kita diketahui oleh orang yang tidak berhak –baca tulisan saya “hati-hati kita lagi diintip !”. Saya juga nggak mungkin menyimpan semua masalah orang dalam memory, disamping ‘kapasitas’ memory saya yang masih terbatas, juga dikhawatirkan jika masih disimpan, maka suatu saat akan ada ‘cracker’ yang berusaha meng-crack memory otak saya, jadi daripada itu terjadi lebih baik saya ‘delete’ aja rahasia Anda dari ‘komputer’ saya, tentu saja sebelumnya saya pastikan masalahnya telah diselesaikan dan saya bisa belajar dari masalah tersebut untuk saya ambil intisari / hikmahnya, sebagai bahan bagi saya dalam mengambil keputusan selanjutnya. I`ll waiting right now, Anda tahu di mana bisa menghubungi saya.

Otre? Big Thx 4 U

(ary)

Tafakkur

Demi Masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat-menasehati supaya menta`ati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran“. (Qs.Al-Ashr :1-3 )

Tahun 1423 Hijriyah telah meninggalkan kita, banyak di antara kita yang mengisi acara pergantian tahun dengan caranya masing-masing. Sebenarnya ada hal yang positif dan lebih bermanfaat, yaitu dengan memperbanyak do`a, baik untuk diri kita sendiri, keluarga kita, maupun untuk bangsa kita yang tercinta ini, agar bangsa kita ini segera keluar dari cobaan yang diberikan-Nya, dan agar Allah memberikan petunjuk kepada para pemimpin kita untuk lebih taat kepada-Nya dan dapat segera membawa bangsa kita menjadi seperti apa yang kita cita-citakan.

Selain itu ada baiknya saat ini kita melakukan tafakkur (introspeksi) terhadap diri kita. Imam Syafi`I pernah berkata ”Tafakkur satu jam, lebih baik dari ibadah satu tahun”. Kalimat ini jangan diartikan mentah-metah, sebab bagaimana mungkin amalan yang dilakukan satu jam lebih baik dari ibadah selama satu tahun ?. Sebenarnya dalam hal ini Imam Syafi`i tidak mengajak agar orang melakukan tafakkur satu jam, lalu tak perlu beribadah selama satu tahun, sama sekali tidak. Imam Syafi`i hanya ingin menekankan pentingny merenung, instropeksi, dan mengevaluasi amalan-amalan yang telah kita lakukan.

Namun untuk mengevaluasi amalan, kita tidak perlu menunggu selama satu tahun. Alangkah baiknya kalau setiap hari kita selalu mengevaluasi amalan-malan kita, agar kita bisa memperbaiki diri kita dengan cepat tanpa menunggu satu tahun. Kalau begitu berarti apa yang difirmankan Allah dalam surat Al-Ashr itu menjadi kenyataan, karena memang kita sebenarnya berada dalam kerugian. Kita selalu menunda-nunda untuk berbuat baik padahal kita disuruh untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, kita selalu menunda-nunda untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, padahal kita tidak tahu kapan dan berapa lama lagi kita hidup di dunia ini, karena kalau nafas sudah sampai di tenggorokan, sudah terlambat bagi kita untuk berbuat kebaikan dan sudah tertutup pintu taubat bagi kita. Untuk itu mari kita gunakan waktu yang tersisa ini untuk memperbaiki ke-Islaman kita agar menjadi Muslim yang Kaffah (utuh).

Untuk itu kini merupakan saat yang tepat bagi kita memulai tahun 1424 H ini dengan ber-Hijrah. Itulah makanya saya menamakan gerakan nasihat-menasihati dan nama perusahaan saya ini dengan Al-Hijrah, yang Alhamdulillah telah menemani Anda dan telah memberikan warna tersendiri baik bagi saya pribadi maupun bagi Anda. Tak terasa sudah 1 tahun Al Hijrah ini resmi berdiri (1 Muharram 1423 H), namun 1 tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk tidak melakukan perubahan-perubahan, baik perubahan dari Al Hijrah sendiri maupun perubahan dalam diri saya, namun tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan Al Hijrah bagi saya telah banyak membawa perubahan bagi saya pribadi –bagaimana dengan Anda ?-, bagi saya di sinilah kuliah/sekolah saya yang sebenarnya – masalah ini akan saya bahas dalam tulisan tersendiri -, saya yang 1 tahun lalu beda dengan saya yang sekarang, jangankan 1 tahun yang lalu, 1 bulan, 1 hari, setiap waktu saya selalu ber-Metamorfosis, namun saya suka itu karena perubahan yang terjadi adalah perubahan yang menurut saya ideal dengan jadi diri saya, dan insya Allah perubahan itu merupakan perubahan yang positif dan diridhai oleh Allah, Amiin.

Mungkin keberadaan Al Hijrah di sini telah banyak menimbulkan perbedaan penafsiran, tetapi itu wajar saja dalam iklim “demokrasi” sekarang ini, pokoknya selagi saya masih bisa bernafas, maju terus pantang mundur, insya Allah saya tetap istiqomah dalam perjuangan ini, dan semoga Allah meridhainya, Amiin.

Apa yang saya lakukan sekarang ini hanya merupakan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya sejak dulu. Saya hanya berusaha untuk berbuat adil terhadap kehidupan dunia dan akhirat saya. Jadi, (maaf) salah besar kalau ada anggapan bahwa Al Hijrah atau saya – dua sosok yang tidak dapat dipisahkan -, hanya memikirkan kehidupan akhirat saja, justru karena saya menyadari bahwa ada kehidupan setelah dunia, saya jadi bersemangat untuk mengejar dunia saya, untuk mengumpulkan sebanyak banyaknya bekal untuk saya bawa nanti (masalah ini juga akan saya bahas tersendiri).

Jadi, apa itu Hijrah menurut makna sekarang?. Hijrah berarti meninggalkan segala perilaku jahilliyah kita (segala sesuatu yang dilarang oleh Allah) dan melakukan segala sesuatu yang diridhai dan diperintah oleh Allah Swt. Semua ini akan terasa berat jika tidak dilandasi dengan niat ikhlash mengharap ridha dari Allah Swt atau jika kita memiliki BAKATâ. BAKATâ di sini adalah istilah saya untuk Bisa Ada Kalau Ada niaT / Tekad, yang kuat, tulus, bersih dan ikhlash. Karena boleh jadi apa yang kita benci / tidak suka / enggan melakukannya, di dalamnya terdapat kebaikan bagi kita, begitu juga sebaliknya, boleh jadi apa yang kamu sukai di dalamnya terdapat keburukan bagimu. Contoh simplenya : Jika kita disuruh untuk memilih minum jamu atau sirup. Kalau kita pilih jamu, boleh jadi akan merasakan pahit jika meminumnya, tapi efek selanjutnya adalah membuat badan kita menjadi sehat, segar dan bersemangat. Sebaliknya jika kita pilih sirup boleh jadi kita akan merasakan manis jika meminumnya, tapi bisa jadi efeknya malah menimbulkan penyakit. Jadi, memang sesungguhnya surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai oleh nafsu kita, sebaliknya neraka itu dikelilingi oleh hal yang disukai oleh nafsu kita.

Selain itu makna lain Hijrah seperti yang saya uraikan di atas adalah bagaimana kita menyukai suatu perubahan, selagi perubahan itu bernilai positif, baik bagi kita sendiri maupun bagi orang lain, dan tentu saja sebagai Muslim perubahan tersebut tidak keluar dari hukum Islam. Dan saya yakin Allah senang terhadap orang yang mau merubah dirinya menjadi lebih baik. Bukankah Allah berfirman pada Surat Ar Ra`d (13) :11 “…. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. ..

Kembali ke masalah Tafakkur (instropeksi), hal ini perlu kita lakukan karena merupakan cermin bagi setiap orang untuk menata langkah hidupnya yang tersisa. Dalam Islam, perhargaan terhadap fungsi masa lalu , terletak pada dua hal mendasar.

Pertama, untuk dijadikan sebagai tempat dalam mengambil pelajaran. Maksudnya adalah apa yang telah kita lakukan pada masa lalu dijadikan tempat bercermin. Apa yang buruk tidak boleh kita ulangi, sedang apa yang baik harus ditingkatkan. Banyak orang sukses yang belajar dari masa lalunya, bahkan ada istilah “kegagalan merupakan keberhasilan yang tertunda”.

Kedua, masa lalu adalah anak tangga sejarah yang harus disambung dengan anak tangga yang baru. Hidup ini merupakan perjalanan dari generasi ke generasi, di mana setiap generasi mengambil peran di zamannya masing-masing. Untuk itu sudah saatnya kita mengambil tongkat estafet dari generasi sebelum kita dalam hal menegakkan agama Allah ini dan dalam membangun negeri yang kita cintai ini, sudah saatnya orang tua-tua kita beristirahat atas perjuangannya, kini giliran kita untuk mengambil peran itu pada generasi kita, agar memberikan irama dan semangat yang baru untuk mendukung perubahan itu sendiri. Tafakkur hendaknya kita mulai dari diri kita sendiri. Orang yang mengerti bahwa dirinya tidak akan pernah diselamatkan oleh orang lain, tentu akan lebih peduli kepada dirinya sendiri -karena orang yang mengenal dirinya sendiri, dia akan mengetahui secara pasti bahwa dia memiliki potensi di luar dugaannya - (masalah ini pun akan dibahas tersendiri).

Di akhirat nanti, siapapun kita, akan memikul sendiri segala perbuatan yang telah kita lakukan. Hendaknya kita bisa mengira-ngira sejauh mana sebenarnya prestasi amal yang telah kita perbuat. Al-Baqillani mengutip sabda rasulullah Saw, ”Sesungguhnya seorang mukmin itu berada di antara 2 hal yang sangat menakutkan. Antara usia yang telah berlalu, ia tidak tahu apa yang diperbuat Allah terhadap usia yang telah lewat itu, dan antara usia yang tersisa, ia tidak tahu apa yang telah Allah tetapkan atas dirinya. Maka hendaklah setiap jiwa mengambil untuk dirinya, dari dirinya sendiri. Dari dunianya untuk akhiratnya dan dari masa mudanya untuk hari tuanya, dan dari hidupnya untuk sesudah kematiannya. Demi zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidak ada sesudah kematian waktu untuk berusaha. Sesudah dunia tak ada kehidupan kecuali surga dan neraka”.

Ada beberapa langkah praktis yang bisa kita lakukan agar kita terbiasa mengambil pelajaran (ibroh) dari masa lalu, baik dari apa yang telah dilakukan orang lain, maupun dari apa yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan dengan seluruh panca indera kita, sekecil apa pun itu, sejelek apapun masalah itu, ambillah hikmahnya. Adapun langkah praktis tersebut adalah :

Pertama, merenung, bermuhasabah atau mengevaluasi amal kita dalam satu hari. Kita hendaknya mengevaluasi diri mejelang tidur kita setiap malamnya, karena ahli surga, bukan hanya diukur dari kuantitas ibadah yang dilakukan, tapi juga dengan mengevaluasi diri kita setiap hari dan menghapus semua rasa gundahnya pada sesama muslim.

Kedua, memiliki agenda harian untk mengevaluasi amal-amal yang telah dilakukan. Agenda harian ini berisi daftar-daftar amal harian yang dianggap wajib dilakukan dan sunat-sunatnya. Contoh, kewajiban Shalat di Masjid, terutama Subuh dan Isya`, memulai pekerjaan dengan bismillah, istighfar minimal 100 kali/hari,dzikrullah, membaca Al-Qur`an, tidak ngomongin orang (gossip), tidak marah, berbuat baik terhadap orang lain dll. Sebaiknya dicatat juga alasan atau hambatan dalam melaksanakannya, dengan harapan untuk dijadikan pengalaman agar bisa diantisipasi pada waktu selanjutnya. Umar ra memberi nasehat “Hisab (hitung)-lah amal-amal kalian sendiri, sebelum amal-amal kalian dihisab oleh Allah di hari kiamat”. Tapi, ironinya, sebagian pemuda sekarang ini salah dalam menafsirkan nasehat ini, kata “hisab” yang mereka maksud adalah kata “hisap”, jadi sekarang banyak orang setiap hari kerjanya “menghisap”, baik menghisap rokok, obat-obatan terlarang, atau bahkan lem juga ikut dihisap, nauzubillah. Hal-hal seperti itu bukannya dapat memperbaiki diri, justru dapat merusak diri (alangkah bodohnya orang tersebut, tapi mereka tidak mengakui kebodohannya tersebut, padahal banyak hal positif lain yang bisa dilakukan).

Ketiga, biasakan menilai dan mempertajam kontrol terhadap diri sendiri. Dalam hal ini, kalau boleh aku mencontohkan dengan diriku sendiri (maaf). Kalau saya ditanya, “Siapa teman terdekatmu ?, maka saya akan jawab “diriku sendiri”(my close friend is my self ), ”terus siapa yang membentuk kepribadianmu seperti ini ?”, saya jawab ”diriku sendiri”, tapi sekali lagi bukannya saya mau sombong, karena semua kebenaran itu datangnya hanya dari Allah. Terus bagaimana caranya?, “caranya adalah jika saya melihat keburukan pada orang lain, aku berusaha untuk menghindarinya, begitu juga sebaliknya, jika saya melihat kebaikan pada diri seseorang, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mencontohnya, tanpa ada rasa gengsi sedikit pun, sebab kebanyakan orang sekarang ini lebih cepat mencontoh hal-hal yang sudah jelas-jelas jeleknya, tanpa perasaan berdosa dan malu sedikit pun”. Intinya sebelum berbuat sesuatu, sempatkanlah untuk bertanya dalam hati kita, ini diridhai oleh Allah atau tidak, ini benar atau salah, bagaimana jika saya diperlakukan seperti ini, jika kita tidak senang, begitu juga dengan orang lain, dan lain-lain. Jadi teorinya sederhana tirulah yang baik dan benar, hindari dan jauhi yang jahat (standarnya illahi). Dan untuk contoh yang baik tentu saja saya meniru tokoh idola saya, yaitu Rasulullah saw, rasanya semua pasti setuju, karena sesungguhnya di dalam diri Rasulullah terdapat suri tauladan (uswatun hasanah) bagi kita semua. (mengenai tokoh idola ada bahasan khusus)

Dan masih banyak lagi cara untuk mengambil pelajaran atau hikmah dari masa lalu kita, dalam Al-Qur`an banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran bagi yang memikirkannya, termasuk kegiatan nasihat-menasihati (taushiah) ini (Al-Ashr: 3), sebagaimana sabda nabi saw “setiap mukmin itu adalah cermin bagi saudaranya yang lain”. Cermin sumber informasi yang paling akurat dan jujur tentang berbagai fenomena, berkat cermin kita bisa melihat apa yang perlu kita perbaiki, sehingga jika kita melihat sesuatu yang “kotor” pada cermin kita, maka bukan cermin itu yang kita bersihkan, melainkan kita yang bercermin itulah yang perlu dibersihkan. Kebanyakan yang terjadi adalah kita membersihkan cermin itu, sehingga kita tidak dapat membersihkan sumber penyebab “kotor”nya cermin.

Hidup tak pernah berhenti bergulir. Hari demi hari terus berjalan, tugas kita adalah memanfaatkan kesempatan yang masih disisakan Allah untuk kita. Terlalu banyak pelajaran yang seharusnya membuat kita menjadi lebih baik dari yang telah lalu. Terlalu banyak pengalaman yang seharusnya menjadikan kita berhati-hati dan beritung matang untuk melangkah. Terlalu banyak peringatan yang Allah berikan untuk menyadarkan kita agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Ingat! jangan sampai terantuk pada batu yang sama. Kita tidak tahu kapan waktu yang tersisa ini habis masa pakainya, adakah kita masih menunda-nunda dan menyatakan kita masih belum siap ???

Marilah kita merenungi kembali apa-apa yang telah saya sampaikan ini, agar bermanfaat bagi kita semua, jika apa yang saya sampaikan ini benar, sesungguhnya kebenaran itu datangnya dari Allah, kalau ternyata ada kesalahan itu tidak lain karena kekhilafan saya, untuk itu saya minta maaf, dan tolong disampaikan langsung kepada saya, saya akan menerimanya dengan senang hati segala saran dan kritik yang membangun, demi kelangsungan kewajiban kita untuk saling ingat-mengingatkan ini. Semoga ini bermanfaat bagi peningkatan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Swt, dan dalam kerangka demi terwujudnya Muslim yang kaffah. Kepada Allah saya mohon ampun atas kekhilafan saya dan mungkin ada sedikit rasa sombong pada saya. Perlu diingat bahwa saya bukanlah orang yang paling beriman dan bertaqwa, saya hanyalah orang yang selalu berusaha dengan segenap kemampuan yang saya miliki untuk berubah ke arah yang lebih baik, ideal dan diridhai oleh Allah. Mari kita bangun dari tidur kita yang panjang, tataplah masa depan yang akan menghampiri kita, akankah kita mengisi masa depan kita dengan sesuatu yang jelek, sesuatu yang jauh dari a mari kita memulai memberikan yang diinginkan oleh diri kita, untuk selanjutnya kita memberikan apa yang bisa kita berikan kepada orang lain, lalu bersama mereka kita berikan sesuatu kepada negara dan agama kita yang kita cintai ini.

Akhir kata saya minta maaf lahir dan batin (taqabalallahu minna wa minkum), semoga Allah selalu melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan semoga Allah membukakan pintu hati kita untuk menerima kebenaran dari-Nya. Amiin

(ary)

Use Our Head

Gunakan “Kepala” Kita. Kalimat singkat namun cukup memiliki makna yang mendalam, tentu saja bermakna bagi orang yang memiliki “kepala”, sebab kalo `gak punya “kepala” mana mungkin bisa ngomong tentang “kepala”. Lalu, ada apa dengan kepala kita ?. Kepala merupakan organ paling vital pada tubuh kita. Saya belum pernah dengar kalo ada orang yang bisa hidup tanpa kepala. Selain itu di kepala kita juga ada yang disebut dengan otak. Nah kali ini saya ingin membahas sedikit mengenai otak.

Seperti kita ketahui bahwa pada tubuh kita terdapat sistem saraf yang berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan seluruh kegiatan pada tubuh kita. Dimana sistem saraf tersebut dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Otak merupakan bagian dari sistem saraf pusat, yang merupakan pusat koordinasi utama yang terletak di rongga kepala dan dilindungi oleh tulang tengkorak (tempurung) kepala.

Otak kita memiliki lebih dari 250 milyar sel saraf, ini membuat otak lebih canggih dan rumit daripada komputer sekarang ini, dan yang punya otak tidak lebih hebat dari yang membuat otak. Subhanallah. Tidakkah kita malu atas semua nikmat-nikmat Allah yang kita dustakan ? (baca surat 55 [Ar Rahman] ). Kita sekarang hanya menilai nikmat Allah dari hal-hal yang hanya bersifat materi saja, tidak patutkah kita untuk bersyukur ???.

Bagaimana cara kita bersyukur terhadap nikmat Allah tersebut ?. Saya yakin Anda lebih tahu daripada saya. Kali ini saya hanya akan membahas salah satu diantaranya, dalam hal ini untuk urusan otak, karena ini tidak kalah penting dan tidak bisa dianggap remeh, apa itu ?. Yach sesuai dengan judul kali ini yaitu “Gunakan Kepala Anda”.

Seperti kita ketahui, Allah telah menciptakan kita dalam bentuk yang sebaik-baiknya (At-Tiin :5). Dari “otak”lah Allah meninggikan derajat kita dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya (exp. Binatang), namun “otak” juga yang membuat kita menjadi sama atau bahkan lebih rendah dari, maaf “binatang”, nauzubillah. Ini akibat dari orang yang tidak atau salah dalam menggunakan otaknya, dalam artian dia tidak mensyukuri atak nikmat otak yang telah diberikan kepadanya, dengan tidak digunakannya menurut kehendak yang “membuat” otak.

Dengan otak kita mempunyai akal dan pikiran, dengan itu juga kita dapat melihat dan merasakan perkembangan diberbagai bidang Hal-hal yang kita anggap kuno, sekarang menjadi “modern”, namun yang sekarang kita anggap modern, nantinya juga akan menjadi kuno seiring dengan berkembangnya fungsi otak kita dan sifat dasar manusia yang tidak pernah puas sampai maut datang menjemputnya

Namun pertanyaannya adalah sudahkah kita menggunakan “otak” kita secara maksimal dan sesuai dengan yang membuat otak ???. Masing-masing dari kitalah yang bisa menjawabnya, saya hanya berkewajiban untuk selalu mengingatkan Anda dan terutama diri saya sendiri.

Ada “kisah” singkat untuk menjelaskan sedikit inti dari apa yang ingin saya sampaikan kali ini, yaitu tentang seorang yang menjadi pembicara pada suatu seminar, di mana dalam menyampaikan gagasannya, dia mengutip habis teori-teori barat dan dalam referensial makalahnya “dihiasi” oleh nama-nama Barat, “seolah-olah” itu “asli” dari mereka (orang Barat).

“Kisah” seperti ini sudah sering saya dengar dan lihat sendiri sejak dulu. Hal inilah yang membuat saya sering tidak habis pikir, kenapa ?, karena banyak umat Islam yang “tergila-gila” dengan teori-teori Barat hingga melupakan nilai-nilai atau konsep-konsep yang telah diajarkan oleh Islam itu sendiri. Uniknya dan ironisnya, konsep atau teori-teori Barat itu sendiri banyak sekali yang “ngutip” konsep yang diajarkapn Islam

Yach, itulah kita, menganggap semua yang berasal dari Barat itu baik, trend, modern dll. So, apa kalo kita `gak niru hal-hal tersebut, kita menjadi `gak modern, `gak gaul dll. ???. Apakah dengan itu semua kita memiliki alasan untuk tidak mempelajari, memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara utuh. Kenapa harus utuh ?, karena kalo `gak utuh, maka banyak masalah yang akan timbul, salah satunya seperti sekarang ini terjadi, kita hanya menganggap Islam itu hanya sekadar “ibadah ritual” saja, sehingga timbul-lah sekularisme, yaitu pemisahan antara agama dengan semua aktivitas di kehidupan kita, antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Agama hanya menjadi simbolisasi atau hak pribadi masing-masing orang, di mana setiap orang tidak berhak mencampuri urusan agamanya.

Kembali ke masalah teori-teori Barat yang kebanyakan “ngutip” kepunyaan Islam (baik diakui maupun tidak), atau setidaknya teori-teori tersebut sejalan dengan Islam. Dan itu membuktikan bahwa Islam itu sempurna, sesuai dengan perkembangan zaman, tidak seperti kebanyakan orang bilang bahwa Islam itu kuno, tidak sesuai dengan zaman, tidak modern, tidak fleksibel dll, (alasan yang tidak logis dan terkesan dibuat-buat), dan bukti bahwa Al Qur`an wahyu dari Allah, bukan buatan manusia. So, Allah sendiri yang akan menjaga kemurnian dan keaslian Al-Qur`an, sekalipun ada orang-orang yang berniat memalsukannya.

Kita `gak perlu marah karena jelas Islam itu rahmatan lil `alamin. Islam itu universal, setiap manusia berhak mempelajari islam (Al-Qur`an, red). Hanya saja, kita perlu khawatir kalau generasi kita atau generasi setelah kita tidak lagi mengenal Islam. Mereka hanya tahunya itu datang dari Barat dan yang lebih tragisnya lagi adalah kalau sampai Islam hanya tinggal sejarah. Mereka hanya tahu bahwa dulu pernah ada yang namanya Islam, tanpa tahu seperti apa itu Islam. Nauzubillah.

So, sudah saatnya kita harus introspeksi (edisi 9) dan malu akan perbuatan kita. Kenapa harus malu ?. Singkatnya begini, kalo orang-orang di luar Islam saja mau berusaha dengan giat untuk mempelajari, memahami ajaran Islam, baik untuk tujuan baik maupun tidak baik (untuk mencari kelemahan-kelemahan atau menyalahgunakan ayat-ayat Allah untuk kepentingan nafsunya). Mengapa kita sendiri yang notabene-nya adalah seorang Muslim, malas or tidak mau untuk mempelajari, memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara utuh ???. Sebuah pertanyaan klise, tapi harus dijawab dengan perbuatan / tindakan yang nyata., tanpa menunda-nunda lagi untuk berbuat, mumpung nyawa masih dikandung badan.

Marilah kita menjadi bagian dari Umat Islam yang “mayoritas” ini untuk lebih bersyukur kepada Allah, yaitu dengan menggunakan “kepala” kita untuk mengkaji nilai-nilai Islam dalam membentuk pribadi-pribadi or generasi Islami yang berwawasan iptek dan ber-Imtaq. Dan inilah salah satu tujuan dari apa-apa yang saya pikirkan, dan perbuat selama ini. Setidaknya dengan usaha untuk menjadi Muslim yang Kaffah dan metode berpikir saya, maka saya juga sedikit bisa membuat teori2 / konsep2 sendiri, tanpa harus tahu dari orang lain. Namun konsep or teori tsb mengalami pembenaran dengan sendirinya, artinya teori or konsep yang saya buat tidak bertentangan dengan keadaan yang sebenarnya. Itu berarti kita semua sebenarnya bisa membuat teori or konsep sendiri tanpa terlalu bergantung dengan teori2 Barat.

So, jangan buang-buang waktu lagi dan jangan menunda-nunda untuk berbuat kebaikan. Ayo, bangkitlah wahai saudaraku, umat Islam, mari kita Gunakan Kepala kita dan hati kita untuk menggali ajaran Islam, agar setiap hari masing-masing dari kita menghasilkan ide-ide maupun inovasi-inovasi baru, yang mana akan berdampak pada kemajuan Islam dan bangsa Indonesia yang kita cintai ini, dan agar negara kita tidak lagi dipandang sebelah mata oleh bangsa lain serta agar bangsa kita menjadi kiblat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan “pencetak’ generasi-generasi yang berkualitas lahir dan batin. Oce.

Go Muslim Creative, Go Muslim Inovatif, Go Muslim Smart, Go Muslim Quantum, Go Muslim Pelopor, Gooooooooo…..…… Now or Never.

Wallahu a`lam bishshawab.

Berpikir Positif

Berpikir Positif atau dalam Islam dikenal dengan istilah “Huznuzon” atau berbaik sangka. Jika berbicara mengenai hal tersebut maka sebelumnya kita bahas dulu tentang pikiran itu sendiri. Kita sudah tahu bahwa “ Kita ini adalah apa yang Kita pikirkan”. Untuk lebih jelasnya saya akan berbagi salah satu pengalaman saya mengenai hal ini.

Suatu hari saya mencoba ‘mengubah’ pola pikir saya bahwa besok itu hari Jum`at bukan hari Kamis (waktu itu yang benarnya besok itu hari Kamis). Sebelum tidur sekali lagi saya pastikan bahwa saya berpendapat bahwa esok hari adalah hari Jum`at. Dan Anda tahu apa yang terjadi esok harinya ?. Tepat seperti yang Anda perkirakan. Saya seolah “terhipnotis”, waktu itu saya benar-benar beranggapan hari itu (Kamis, red) adalah hari Jum`at. Dan Anda pasti tahu, hari Jum`at bagi Muslim yang laki-laki adalah waktunya untuk shalat Jum`at. Jadi, karena pikiran saya masih beranggapan waktu itu hari Jum`at, maka aktivitas saya pun seperti layaknya pada hari Jum`at beneran, sampai waktu mendekati jam 11 siang, saya mulai mandi, habis itu saya bersiap-siap dengan pakaian muslim saya, lalu saya lihat kuku saya mulai sedikit panjang, jadi saya potong, lalu saya menyiapkan uang buat celengan Masjid dan uang jaga sandal. Pakaian sudah pas, sarung juga, minyak wangi apalagi, siip dach pokoknya. Karena saya pikir itu hari Jum`at, maka sudah menjadi kebiasaan, setengah jam sebelum adzan, saya sudah pergi ke Masjid dekat rumah. Jadi, waktu itu baru sekitar pukul. 11.30, saya berangkat ke Masjid. Lucunya, orang di rumah nggak heran tingkah laku saya waktu itu, jadi saya tetap belum “sadar”. Selanjutnya, saya pun ke Masjid, sekitar 5 meter dekat Masjid, baru saya “sadar”, karena Masjid ‘sepi’ untuk ukuran shalat Jum`at. Saya pun tersenyum sendiri, akan tingkah laku saya hari itu. Akhirnya daripada “campah” saya ke rumah teman saya nggak jauh dari Masjid, melihat saya dengan pakaian rapi, wangi lagi, temen saya berkata “ wah, tumben nih, rapi nyan cak nyo, Oo.. sekalian shalat dzuhur ya ?”, lalu saya jawab “o.. iya, lagi nunggu adzan”. Dalam hati saya berkata “wah untung dia nggak curiga, nggak tahu dia apa yang telah aku lakukan ini, “.

Nah, Anda sudah bisa menggambarkan situasi apa yang terjadi pada cerita pengalaman saya ini. Untung waktu itu saya berpikir waktu itu bahwa hari itu Jum`at, coba kalau saya berpikir hari itu adalah hari raya, atau hari-hari yang lain. Wah, sudah bisa ditebak apa yang akan terjadi. Jadi, yang ingin saya sampaikan dari cerita di atas adalah bahwa “ Apa yang kita pikirkan akan mempengaruhi tindakan kita “. Anda lihat sendiri, karena saya berpikir hari itu adalah hari Jum`at, maka seluruh tindakan saya pun bertindak sebagaimana kebiasaan yang saya lakukan pada hari Jum`at. Otak saya lalu ‘mengirim’ pesan ke syaraf-syaraf yang ada di seluruh tubuh saya. Bahkan sampai hal-hal yang terkecil pun saya lakukan persis sama.

Hubungannya cerita di atas dengan berpikir positif pun akan terlihat kaitannya. Artinya, kita sudah tahu bahwa “Kita adalah apa yang kita pikirkan” dan “ Apa yang kita pikirkan akan mempengaruhi tindakan kita”. Maka jelaslah bahwa jika kita bisa Berpikir Positif mengenai sesuatu hal atau seseorang, maka tindakan yang kita lakukan pun menjadi positif.

Memang sepintas kita akan berpikir sulit untuk melakukannya. Namun, jika kita ingat kembali bahwa “kita adalah apa yang kita pikirkan”, jika kita berpikir sulit, maka tubuh kita akan merespon pikiran kita tadi, sehingga hal tersebut memang menjadi sulit untuk dilaksanakan. Sebaliknya, jika kita berpikir itu mudah, maka tubuh kita pun akan merespon sehingga hal itu bisa dilakukan, selanjutnya kita serahkan prosesnya pada usaha yang kita lakukan. Adakalanya memang tidak semuanya bisa kita terapkan cara Berpikir Positif, namun tidak sedikit pula hal yang bisa kita terapkan cara Berpikir Positif ini. Ini semua kembali lagi kepada usaha yang kita lakukan. Apakah usaha yang kita lakukan udah maksimal, atau belum. Kalau belum berarti kita nggak boleh berkata kita nggak bisa.

Untuk itu kita perlu yang namanya “Latihan”. Saya sendiri terus berlatih untuk Berpikir Positif. Dan saya bukanlah orang yang paling Berpikir Positif, namun tidak sedikit pula telah saya terapkan. Tujuan saya menulis tentang Berpikir Positif ini juga sebagai sebagai kontrol bagi saya bahwa saya pernah mengajak orang untuk Berpikir Positif. Jadi, dengan begitu saya pasti akan selalu berusaha untuk Berpikir Positif. Nah, salah satu agar kita bisa melatih Berpikir Positif, yaitu jika kita mengalami hal yang menuntut kita untuk berpikir positif, anggap kita sebagai penonton sebuah film atau sinetron drama di televisi, atau pengamat sepakbola di TV.

Bukankah, jika kita sedang menonton acara TV, kita menjadi seperti orang yang ‘serba tahu’. Ketika kita sedang menonton sinetron di TV, terkadang emosi kita muncul melihat kesalah-pahaman yang ditimbulkan oleh orang-orang dalam sinetron itu, atau seperti kita meonton acara pertandingan sepak bola. Karena kita penonton, kita tahu yang sebenarnya terjadi, Misalnya, si cowok A sedang berbincang-bincang dengan si cewek B, lalu si cewek C dari kejauhan melihat pacarnya si A, sedang berduaan di restoran dengan si cewek B, timbulah kemarahannya. Sehingga tanpa pikir lagi –biasanya cewek seperti itu- langsung melabrak si A dan si B, tanpa memberi kesempatan kepada mereka untuk menjelaskan permasalahannya. Dengan marah-marah sambil menangis lalu pergi, tanpa mendapat penyelesaiannya.

Nah, kita sebagai penonton tahu kalau ternyata si cowok A dan si cewek B ini adalah kakak beradik, dan mereka lagi membicarakan masalah keluarga. Kelihatannya kan sederhana, namun karena si cewek C tadi tidak Berpikir Positif, maka yang terjadi adalah kesalahpahaman. Dan lagian kita nggak perlu emosi, itu kan hanya film, namun jika kita perhatikan banyak hal-hal di film tersebut, juga sering terjadi dalam kehidupan kita. Bahkan kalau kita mau mengambil hikmah dari film/sinetron tersebut, dalam artian tidak hanya mengambil nilai hiburannya saja, mestinya kita makin terlatih dan terbiasa dalam menghadapi kejadian yang sama.

Jadi, jika kita mengalami hal yang sama seperti yang terjadi di film, kita nggak kaget lagi, atau mungkin kita bisa aja ngomong dalam hati kita “wah, kamu mau seperti adegan di film itu yach, gue akan terpengaruh, gue nggak akan marah “.

Bagi yang tidak “hobi” nonton, mungkin bisa mencoba teori saya yang satu ini, sebenarnya ini bukanlah sekadar teori. Teori ini saya ambil melalui pengamatan dan pengalaman pribadi saya. Kita bisa belajar Berpikir Positif dengan meniru cara kerja Pemulung. Bicara soal profesi pemulung, mengingatkan saya pada masa kecil dulu. Ketika itu –waktu masih di SD- saya melihat sesuatu yang menarik bagi saya di gerobak sampah, karena saya begitu ingin memilikinya, saya ‘kejar’ gerobak sampah itu, dan saya ‘merayu’ bapak yang mengangkut sampah itu, mungkin karena kasihan atau apa, akhirnya beliau memberikan barang yang saya inginkan itu.

Nah, entah karena kejadian itu atau memang sebelumnya sudah begitu, namun satu hal yang pasti, sampai sekarang saya masih suka ‘melirik’ tempat-tempat sampah yang di situ ada sesuatu yang menarik bagi saya, atau ada yang bisa saya manfaatkan dari ‘sampah-sampah’ itu. Jadi, barang-barang yang saya buang, biasanya sudah melalui tahapan-tahapan seleksi yang cukup ketat, dalam artian barang-barang yang benar-benar tidak bisa lagi saya daur ulang untuk menjadi sesuatu yang bermanfaat, atau saya lagi ‘sumpek’ dengan barang-barang itu.

Bisa dibilang, baik secara langsung maupun tidak langsung, saya bisa belajar mengenai sesuatu, salah satunya adalah Berpikir Positif, dari teori pemulung tadi. Kalau kita amati secara sederhana cara kerja pemulung, tentu kita akan melihat bagaimana seorang pemulung tidak melihat sampah sebagai suatu hal yang negatif, dia berpikir bahwa di tumpukan sampah tersebut pasti ada sesuatu yang bisa mereka ambil, baik untuk diolah sendiri maupun untuk dijual lagi. Dari situ bisa kita ambil hikmah bahwa ada sesuatu yang positif yang bisa kita pikirkan jika kita mau.

So, jika kita mau Berpikir Positif, maka tindakan kita pun menjadi positif. Maksudnya, dalam hal seperti kesalah-pahaman tadi, maka tindakan positifnya adalah menyelidiki kebenarannya, bukan dengan langsung marah-marah dan lain-lain. Itu hanya tindakan yang didasari oleh pikiran negatif, sehingga tindakannya pun negatif, hanya mengandalkan emosi sesaat, yang bukannya menyelesaikan masalah dengan kompromi melainkan dengan menimbulkkan konflik baru. Padahal konflik yang tidak sehat, hanya akan menghabiskan tenaga, pikiran dan waktu dengan sia-sia. Hanya akan membuat diri kita capek tidak karuan.

Inti dari yang ingin kita lakukan terletak pada perubahan sikap mental kita. Seberapa besar kemauan kita untuk mengubah cara berpikir kita. Untuk itu kita harus selalu terus mau belajar tentang hidup ini, dan walaupun perubahan pikiran kita memerlukan usaha dan pengorbanan, ini jauh lebih baik daripada terus hidup sebagaimana adanya, tanpa ada sedikit pun perubahan yang positif.

Dan Allah pun mengingatkan kita bahwa Allah SWT tergantung prasangka hambanya jika hamba-Nya berprasangka baik, maka Allah pun demikian, sebaliknya jika hamba-Nya berprasangka buruk kepada-Nya maka Allah pun demikian. Contohnya, jika kita berprasangka baik kepada-Nya bahwa Allah SWT, akan mengabulkan Do`a kita, maka Allah pun akan mengabulkann Do`a kita. Begitu juga sebaliknya, bagaimana Allah akan mengabulkan do`a hamba-Nya, jika kita berburuk sangka pada-Nya, Betul ?.

So, marilah kita berusaha untuk Berpikir Positif dalam setiap hal, sekaligus menjadi contohnya, karena saat ini, bangsa, negara, dan masyarakat kita sedang memerlukannya.

Wallahua`lam bishshawab.

(ary)

Senin, 27 Oktober 2008

Mimpi Yang Sempurna

Mungkinkah bila ku bertanya
Pada bintang-bintang
Dan bila kumulai merasa bahasa kesunyian
Sadarkan aku yang berjalan
Dalam kehampaan
Terdiam, terpana, terbata

Semua dalam keraguan
Aku dan semua yang terluka
Karena kita
Aku kan menghilang
Dalam pekat malam
Lepas ku melayang
Biarlah ku bertanya
Pada bintang-bintang tentang arti kita
Dalam Mimpi Yang Sempurna


Bait lagu di atas mengingatkan kita pada grup band pendatang baru di dunia musik, Peter Pan. Eh... tahu `gak kenapa grup tersebut menamakan grupnya dengan Peter Pan, kurang lebih ceritanya begini ….., sudah tahu, o.. belum diceritain yach. :-)

Ceritanya, pada zaman dahulu kala, ce..i.. le.. dongeng kali J.., Awalnya nama grup ini Peter Band, namun karena kurang sreg Bandnya diganti dengan Pan. Jadilah Peter Pan, Peter itu sendiri adalah singkatan dari PEmimpi yang ingin TERbang, emang kelompok ini kumpulan para pemimpi, mereka ingin terbang, dan sekarang nampaknya impian mereka tersebut bakalan tercapai, mereka tak lama lagi akan terbang, terbang mengelilingi Indonesia bermula dari single lagu mereka yang ber-title Mimpi Yang Sempurna di album indie label yang berjudul Kisah 2002 Malam -bukan 1001 malam lagi-, pada pertengahan tahun 2002 lalu, yang berisi "keroyokan" para pendatang baru di blantika musik Indonesia. Dan emang lagu ini keren abis, ini termasuk lagu fave gue. Dan gue yakin sekali Impian mereka akan terwujud.

Kalau ngomong soal Impian, maka saya juga sering membahas tentang Peter Pan ini, menurut saya mereka bisa dijadikan salah satu contoh bahwa orang-orang yang percaya akan kekuatan sebuah Impian, maka mereka akan mendapatkannya. Seperti yang dikatakan oleh Spencer Johnson, M.D. yaitu “Keajaiban dari Bermimpi yang kreatif adalah bahwa dia benar-benar membantu Anda memperoleh apa yang Anda inginkan !”. Kita mungkin boleh mengatakan kalau kita tidak mengenal nama orang-orang yang saya tuliskan di sini, namun, satu hal yang perlu kita yakini, bahwa mereka adalah orang yang percaya pada kekuatan Impian dan mereka telah membuktikannya. Tinggal sekarang apakah kita termasuk orang menyangkal bukti, menunggu bukti atau malah ingin menjadi bukti ?. Yang terakhir inilah yang kita harapkan, yaitu menjadi bukti dari Impian-impian kita. Percayalah bahwa banyak orang-orang yang telah sukses karena mereka memiliki Impian.

So, apa hubungannya dengan materi kita kali ini. Kali ini kita akan membahas tentang MIMPI, tepatnya The Power of Dreams -istilah yang digunakan oleh HONDA, produsen automotif dari Jepang, yang juga mengetahui hebatnya kekuatan sebuah MIMPI, lihat aja robot buatan Honda tersebut, robot tersebut hasil dari sebuah MIMPI. Tentu kita-kita semua sudah pada pernah MIMPI khan ?, bahkan mungkin sekarang lagi ada yang sedang "ber-MIMPI", oiii bangun.. bangunn.. JJ

Dari MIMPI tersebut, saya kaitkan lagi dengan olahraga Golf, nah lo bingung dech.. eit jangan bingung dulu, mari kita sedikit bermain dengan pikiran dan imajinasi kita, itung-itung untuk melatih otak kita yang mungkin jarang kita gunakan J… OK, are u ready.

“Welcome 2 my dream world or Taman Mimpiku”.

Bisa dibilang olahraga Golf ini adalah satu-satunya olahraga yang bolanya tidak pernah kembali setelah dipukul dan olahraga ini juga yang banyak menginspirasikan gue tentang filsafat kehidupan di samping olahraga yang lain.

Setelah bola golf dipukul, kitalah yang harus "mengejar” dan memukulnya kembali, sampai ia masuk ke lobangnya, tapi setelah masuk apa sudah selesai ?, ternyata masih ada game-game selanjutnya.

Nah itu sedikit tentang Golf, -saya rasa Tiger Woods atau Anda lebih paham mengenai Golf- lalu kita combine -gabungkan- masalah IMPIAN tadi dengan Golf, jadinya adalah The Power of Dreams, maksud MIMPI di sini bukanlah seperti MIMPI dalam tanda kutip di atas alias bunga tidur. Tapi luas pengertiannya pada suatu cita-cita, ide-ide atau keinginan-keinginan yang akan dan ingin kita wujudkan, yang kita sebut dengan IMPIAN.

Tidak berlebihan kalo mantan ibu negara Amerika, Elanor Rosevelt, berkata, " The Future Belongs to those who believe in the beauty of their dreams ", Masa depan hanya dimiliki oleh orang-orang yang percaya pada keindahan MIMPI mereka. So, antara IMPIAN & filosofi golf saya tersebut sangat berkaitan, artinya sebuah IMPIAN tidak akan menjadi kenyataan kalo tidak diwujudkan, atau jika kita tidak mengejar MIMPI (bola golf) tadi, maka IMPIAN kita tidak akan masuk ke lobangnya (Baca : Menjadi kenyataan / Terwujud). IMPIAN tersebut akan menjadi kenyataan jika kita memiliki BAKATâ. BAKATâ di sini adalah istilah saya untuk Bisa Ada Kalau Ada niaT / Tekad, yang kuat, tulus, bersih dan ikhlash. Meminjam istilah Ken Sudarto, tokoh periklanan nasional, "Dream Big, Start Small, Act Now !". BerMIMPIlah yang Besar, lalu mulailah mewujudkannya dengan langkah-langkah kecil, Ingatlah! Kita ada bisa ke kampus / sekolah, di awali niat untuk belajar atau mungkin yang lainnya, lalu kita melangkahkan kaki kita ke luar rumah menuju kampus, di mulai dengan langkah pertama, kedua, ketiga,…. seribu ( naik angkot J..), lalu sampailah kita di kampus / sekolah. Dan itu semua kita lakukan saat itu juga atau hari itu juga (Act Now), sebab kalo kita menunda-nunda melakukannya, tentu ceritanya akan menjadi lain lagi.

Agar kita memiliki Motivasi yang kuat untuk mencapai MIMPI tersebut, maka kita perlu keyakinan, keyakinan tersebut bisa datang dari baiknya hubungan kita dengan Allah (Hablumminallah) atau dengan membuat kata-kata positif dalam diri/hati kita bahwa kita pasti dapat mewujudkan impian kita. Point ini juga yang saya suka pada Peter Pan, pada ucapan terima kasihnya, kata pertama yang dituliskannya adalah ucapan syukur kepada Allah SWT dan Rasul, bahkan ada dari mereka menuliskan bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai Inspirasinya. Hal ini saya yakin bukan sekadar “lipstik” atau pemanis saja, saya yakin mereka benar-benar mengalami sesuatu hal, yang hanya mereka yang tahu.

Lain pula dengan PIYU, Padi. Dia memiliki pesan khusus yang patut kita simak dan kita contoh, bagi PIYU, Impian dan kerja keras semata tidaklah cukup untuk mencapai sukses, dia harus membayar harganya melalui berbagai kesulitan dan perjuangan, " yang terpenting adalah kita tidak pernah menyerah dan memiliki keyakinan bahwa jika kita tidak pernah menyerah, keberhasilan itu akan datang…., entah kapan, tapi itu PASTI !" (Piyu). Ada sebuah filosofi yang layak untuk kita renungkan, dari seorang rohaniawan India, Anthony de Mello, ia berkata "Hidup ini selalu bermakna dan tidak pernah sia-sia jika kita memiliki sesuatu yang kita perjuangkan atau seseorang yang kita cintai (Something to do or Someone to Love).

Saya yakin semua agama tidak melarang kita memiliki IMPIAN, bahkan setiap Agama memiliki IMPIAN bahwa suatu saat nanti agama mereka akan berjaya. Berjaya tidak berarti suatu agama mendominasi terhadap suatu agama yang lain, namun lebih pada terwujudnya solidaritas suatu agama dengan agama yang lainnya dalam hal horizontal (man to man)- antara manusia dengan manusia demi kemaslahatan bersama. Selain itu terwujudnya kualitas beragama yang semakin baik dari tiap pemeluknya, itulah sebenarnya kejayaan suatu agama.

Kembali ke filosofi Golf tadi, setelah bola golf masuk ke lobangnya (Baca :Impian kita tercapai) bukan berarti permainan telah selesai, justru saatnya kita membuat MIMPI lagi, lalu kita kejar lagi MIMPI kita sampai tercapai MIMPI kita atawa sampai nafas masih di tenggorokan. Jangan pernah berhenti untuk ber-MIMPI, saya dan Anda pun pasti banyak pengalaman dengan MIMPI-MIMPI kita, meskipun masih MIMPI-MIMPI yang kecil, namun kita yakin dari MIMPI-MIMPI kecil ini, akan membawa kita kepada MIMPI yang lebih besar lagi. Semoga dari MIMPI-MIMPI kecil kita akan berdampak besar bagi diri kita, orang lain, bangsa dan agama kita.


Jangan pernah takut untuk membuat IMPIAN yang sebanyak-banyaknya dan setinggi-tingginya, dan jangan pernah takut bahwa Impian yang kita buat nantinya tidak terwujud. Impian yang positif menurut saya sama saja dengan Do`a, dan tidak ada Do`a yang tidak dikabulkan oleh Allah jika kita mau memohon kepada-Nya dengan sungguh-sungguh. Kalaulah masih juga belum terwujud, yakinlah mungkin Allah punya maksud tersendiri, atau mungkin juga ditunda dahulu, yang penting kita tetap berpikir positif (husnuzon) kepada-Nya, dan yang tidak kalah pentingnya adalah kita telah berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan Impian kita tersebut, hasil akhirnya kita serahkan kepada Allah.

Mari kita berbagi tentang Impian-impian kita, mungkin ada impian dari kita yang tidak dapat terwujud jika kita sendirian, untuk itulah kita bagi Impian kita pada orang-orang yang kita cintai, teman-teman kita, dan orang-orang yang peduli dengan impian kita, bersama mereka kita bersama-sama mewujudkan Impian kita. Saya yakin, impian kita akan lebih cepat terlaksana jika kita mau berbagi impian dan mewujudkannya bersama-sama.

So, Siapkah kita ber-MIMPI ?, sudahkah kita memiliki impian ?, Selamat ber-MIMPI dan mari kita wujudkan Impian kita !. Jangan sampai terjadi seperti yang dikatakan Peter Pan dalam lirik lagunya “ Kau biarkan mimpi tetap mimpi yang melengkapi khayalmu, kau terhenyak dan terbangunkan dan harapkan keajaiban datang hadir di pundakmu, kini waktu meninggalkanmu “.


Good Luck.

Wallahua`lam bishshawa

(ary)