Senin, 13 Juli 2009

Download PCMAV 2.0d Terbaru.....!!!!


Telah dirilis versi terbaru PCMAV 2.0d. Di rilis kali ini, PCMAV mampu mengenali dan mengatasi 2813 virus, belum termasuk variannya yang juga mampu dideteksi, yang banyak dilaporkan menyebar luas di Indonesia, termasuk 3 varian utama dari virus Conficker dan Autoit, serta virus lokal FullHouse, Yuyun.vbs, dan PutriEor.vbs yang sekarang banyak dikeluhkan. Anda pun dapat menemukan pembahasan lengkap mengenai virus PutriEor.vbs pada rubrik virus di edisi tersebut.

APA YANG BARU?
a. UPDATED! Ditambahkan database pengenal dan pembersih 42 virus lokal/
asing/varian baru yang dilaporkan menyebar di Indonesia. Total 2813
virus beserta variannya, termasuk varian virus Conficker yang
canggih, yang banyak beredar di Indonesia telah dikenal di versi
2.0d ini.

b. IMPROVED! Ditambahkan pembersih khusus yang dapat menangani virus
PutriEor.vbs yang melakukan banyak perubahan pada konfigurasi Windows.

c. IMPROVED! Engine heuristik untuk pendeteksian varian virus polymorphic
dan metamorphic nan-kompleks yang banyak beredar di Indonesia.

d. UPDATES! Optimasi engine cleaner yang menangani virus Yuyun.vbs,
untuk lebih memastikan bahwa virus telah dibersihkan dengan tuntas sampai ke “akar-akarnya”.

e. BUG FIXED! Kesalahan deteksi (false alarm) heuristik pada beberapa
program dan script.

f. IMPROVED! Perubahan beberapa nama virus mengikuti varian baru yang
ditemukan.

g. IMPROVED! Perbaikan beberapa minor bug dan improvisasi kode internal
untuk memastikan bahwa PCMAV tetap dapat menjadi antivirus
kebanggaan Indonesia.

Sumber : Virusindonesia.com

Download PCMAV 2.0d (tanpa Clamav - 2,7 Mb)

Download Clamav win32 lib. 0.95.1.zip (418 KB)

Download Clamav main.cvd

Download daily.cvd

Rabu, 01 Juli 2009

Kiblat Bayangan Arah ke Baitullah

Sumber : Swaramuslim

RABU pekan lalu merupakan hari baik untuk menggali fondasi masjid. Hari itu muncul kejadian alam yang bisa dipakai sebagai acuan keabsahan arah kiblat. Dengan begitu, mimbar imam persis mengarah ke Ka'bah di Mekkah. Uji keabsahan itu bisa dilakukan secara sederhana, cukup berbekal sebatang tongkat.

Rabu tengah hari di Mekkah, pukul 16.18 di Jakarta, matahari bertengger di atas Masjidil Haram. Jika pada saat itu ditancapkan sebatang tongkat di atas tanah datar terbuka, pancaran sinar matahari sore akan memberikan segaris bayangan. Nah, garis bayangan ke pangkal tongkat itu merupakan arah lurus ke Ka'bah. Metode sederhana ini dikenal dengan teori tongkat istiwa.

image Metode ini, menurut Dr. Mudji Raharto, Direktur Observatorium Boscha di Lembang, Bandung, merupakan cara mudah dan paling akurat untuk menuntun ke arah kiblat. Namun, cara ini cuma bisa dilakukan dua kali setahun. Selain 28 Mei, matahari kembali berada di atas Ka'bah pada 16 Juli pukul 16.27 waktu Jakarta.
''Arah kiblat bisa ditentukan pada waktu itu selama masih bisa melihat matahari,'' kata ahli falak dan astronomi, alumnus University of Tokyo, itu. Jika matahari terhalang awan, tentu tak ada bayangan tongkat.

Teori tongkat itu berangkat dari kenyataan bahwa bumi mengitari matahari (berevolusi) selama satu tahun, dengan bentuk seperti telur (ekliptika). Sambil mengitari matahari, bumi juga berotasi sekali dalam 24 jam. Namun, poros rotasi ini tak berimpit dengan poros revolusi, melainkan membentuk sudut 23,5 derajat.

Maka, matahari berada di belahan bumi utara dan selatan secara periodik. Jarak maksimal pergerakan matahari di utara dan selatan khatulistiwa itu 23,5 derajat. Pada Desember hingga Juni, matahari seperti bergerak ke selatan ekuator. Ini membuat musim dingin di belahan utara. Sedangkan Juni hingga Desember, arah utara ekuator yang dilintasi matahari.

Ketika bergerak menuju (juga meninggalkan) titik 23,5 derajat, matahari selalu melewati langit di atas Ka'bah. Koordinat Ka'bah sendiri ada di 21 derajat 25 menit lintang utara dan 39 derajat 50 menit bujur timur.

image Menurut Mudji Raharto, jadwal matahari berada di atas Ka'bah selalu sama setiap tahun. ''Kecuali pada tahun kabisat, matahari agak bergeser namun masih dalam hitungan menit,'' katanya. Hal ini terjadi lantaran masa edar bumi mengelilingi matahari yang sesungguhnya berdurasi 365,25 hari.

Meski demikian, ketepatan metode ini tetap bisa diandalkan. Cara ini pun diakui kesahihannya oleh Departemen Agama RI. ''Itu cara tradisional ala pesantren, tapi cukup memenuhi kaidah ilmiah,'' kata Wahyu Widiana, MA, Direktur Pembinaan Peradilan Agama, Departemen Agama, kepada reporter GATRA Rini Sulistyowati.

Dibandingkan dengan rumus ilmu ukur sudut (trigonometri bola) dan kompas, tongkat istiwa lebih akurat. Pemakaian kompas sering menyimpang lantaran sumbu magnetik bumi tak berimpit dengan arah mata angin. Ia juga sering meleset bila dipakai di daerah yang banyak mengandung unsur logamnya.

Trigonometri bola memiliki kelemahan karena bentuk bumi yang tak bulat sempurna, tapi pepat di bagian kutub. Untuk menerapkan teori ini, syarat pertama harus diketahui koordinat Ka'bah dan masjid setempat, yang tentu memerlukan peranti global positioning system, selain data magnetik bumi dan koreksi bentuk bumi.

Agak rumit, memang. Tapi, ada cara gampang dan disajikan gratis oleh dosen Astronomi Institut Teknologi Bandung, Ferry M. Simatupang, di situs internet (http://www.as.itb.ac.id/ferry/Articles/Kiblat/Kiblat.html). Cukup memasukkan data koordinat masjid yang akan dibangun, lalu tekan hitung, maka keluar arah kiblat. Di situsnya itu, Simatupang juga menyediakan 16 kota besar di Indonesia.

Meski akurat, metode tongkat itu tak bisa dipakai di kawasan Indonesia Timur pada Rabu lalu. Matahari di atas Ka'bah hanya bisa menyapu kawasan kurang dari 90 derajat. Saat Mekkah tengah hari, mentari sudah tenggelam untuk warga Maluku dan Irian.

Tapi, jangan khawatir, pada 29 November pukul 06.09 dan 17 Januari pukul 06.29 (waktu Jayapura), matahari tepat berada di bawah Ka'bah. Saat itulah waktu yang tepat untuk meletakkan tongkat. Bayangan yang dihasilkan akan menunjukkan arah Baitullah.

Sigit Indra
[Ilmu & Teknologi, GATRA, Edisi 29 Beredar Senin, 2 Juni 2003]