Sabtu, 13 Desember 2008

Mengenal Diri, Melejitkan Potensi

Orang hanya akan menjadi lebih baik jika bisa melihat diri sendiri yang sebenarnya

( Anton Chekhov )

Kata bijak pada halaman pembuka artikel ini menyiratkan kedalaman kata dan pengalaman seorang Anton Chekhov dalam upayanya mengenal dirinya sendiri. Saya sangat sependapat dengan ungkapan bijaknya tersebut, karena apa yang dia rasakan, dialami pula oleh saya, meskipun jauh sebelum saya “mengenal” Anton Chekhov, saya pun telah menyadari akan hal itu, dan saya yakin tidak hanya kami yang menyadari itu Anda pun demikian, ya nggak ?.

Anda mungkin juga pernah menonton film Matrix sekuel pertama yang dibintangi oleh Keanu Reaves. Nah, di Film tersebut kita melihat kalimat yang berbunyi “Kenalilah Dirimu Sendiri / Known Your Self “ di atas pintu masuk rumah seorang wanita yang dipercaya sebagai peramal dan penolong dalam film itu. Konon, kalimat tersebut sudah ada sejak zaman yunani kuno, yang mana terletak di atas pintu masuk sebuah kuil kuno di sana, di tulis oleh seorang Filsuf terkenal Socrates. So, orang-orang yunani kuno dahulu begitu menyadari kekuatan dari mengenal diri sendiri ini.

Mahatma Gandhi juga pernah berkata " Ketika buku upanishad, aku mengambil 3 prinsip pokok sebagai pegangan hidupku. Pertama, hanya ada satu pengetahuan di dunia, yaitu pengetahuan tentang diri, Kedua, Siapa mengenal dirinya, pasti dapat mengenal Tuhannya, Ketiga, hanya ada satu kekuatan di dunia ini, yaitu kekuatan menguasai diri".

Dan tidaklah berlebihan kalau kita pun hendaknya mengenal diri kita sendiri, karena kita menyadari betapa pentingnya mengenal diri kita secara utuh atau sebenarnya, sebagaimana kita juga diharapkan untuk memahami Islam secara utuh (Kaffah), Betul ?

Dengan mengenal diri kita secara benar maka kita akan mendapatkan sumber informasi yang paling akurat mengenai diri kita yang sebenarnya, karena upaya mengenal diri ini diibaratkan dengan cara kita bercermin, di mana cermin akan memberikan informasi seputar diri kita baik secara fisik maupun secara non-fisik. Artinya setelah kita mengetahui informasi mengenai diri kita yang diberikan oleh cermin tadi, maka kita mulai mempersiapkan langkah apa yang perlu kita lakukan untuk memperbaiki kekurangan yang diberikan oleh cermin tadi, dan yang perlu diperbaiki adalah sumber informasi tadi, yaitu kitanya, bukannya cerminnya yang perlu kita perbaiki, sebab kalau seperti itu sama aja donk kayak cerita dongeng cermin ajaib, dimana dalam cerita itu ada seorang yang bertanya pada cermin ajaibnya tentang siapa yang paling cantik di “dunia”, lalu cermin itu menjawab bahwa yang paling cantik adalah seorang putri di negeri antah berantah, mendengar itu ia tidak terima, ia menyalahkan cerminnya itu, bukannya melihat kenyataan yang ada pada dirinya. Ok kurang lebih begitu ceritanya, salah-salah dikit dimaafkanlah.

Dalam tulisan saya tentang Tafakkur/Introspeksi/Muhasabbah, di situ pernah disinggung mengenai “seseorang yang tidak menyadari dan mengerti bahwa tidak akan penah diselamatkan oleh orang lain, tentu akan lebih peduli kepada dirinya sendiri”. Artinya tiap orang menanggung dosa masing-masing atas perbuatannya sendiri.

Salah satu inti dari pengenalan diri ini adalah Tafakkur, satu di antara yang saya renungi dalam rangka pengenalan diri adalah masa lalu saya, ada orang yang mengatakan bahwa masa lalu adalah untuk dilupakan –mungkin orang tersebut mengalami banyak masa-masa pahit dalam kehidupannya-, tapi tidak bagi saya karena kalau tidak ada masa lalu maka tidak “ada” saya. Karena saya merasa masa lalu saya ternyata memiliki “kekuatan” yang sangat besar, yang membentuk saya menjadi seperti sekarang ini.

Saya mengamati apa-apa yang saya pikirkan, ucapkan dan saya lakukan pada masa kecil hingga sekarang ini, banyak yang terjadi secara spontanitas artinya sesuatu yang dilakukan tanpa ada yang mengajari secara langsung. Saya lalu berpikir, mungkin ini karena sejak kecil kami secara tidak langsung dilatih untuk mandiri, suka atau tidak suka kami harus melakukannya - karena suatu alasan tertentu yang tidak mungkin saya uraikan di sini -.

Singkatnya, mungkin hal inilah – salah satunya - yang membuat saya menjadi lebih cepat “matang” dibanding dengan orang-orang sebaya saya. Sehingga tidaklah heran kalau cara saya memandang hidup ini berbeda sekali dengan orang-orang sebaya saya, dan terkadang saya merasa lebih tua dari umur saya yang sebenarnya. Hal ini pula yang terkadang menuntut saya untuk menyesuaikan diri saya dengan pola pikir orang-orang sebaya saya, tanpa saya perlu menjadi seperti mereka.

Dari kemandirian tersebut saya juga “dituntut” untuk mandiri dalam segala hal, termasuk mandiri dalam berpikir, nah lo, anak sekecil itu –bait lagunya Iwan Fals- sudah “disuruh” mikirin hal-hal yang “berat” untuk bisa survive dalam hidupnya di tengah-tengah orang-orang yang beraneka watak dan perilaku. – pantes bae sekarang kurus mak ini.

Dalam kemandirian berpikir itu pula, dalam menilai sesuatu saya selalu mengambil hikmah dari apa-apa yang saya lihat, dengar, rasakan dengan seluruh indera yang saya punyai –alhamdulillah masih lengkap-. Dengan begitu berarti saya selalu “berdialog” dengan hati saya –hal terpenting dalam introspeksi diri-, dan saya yakin suara hati adalah “suara” Tuhan atau istilahnya Hidayah yang Allah berikan padaku, bukankah sesuatu yang benar itu datangnya hanya dari Allah, betul ?.

Kita mungkin bisa menjauh dari orang yang tidak kita sukai, tapi bisakah kita menjauh dari diri/hati kita ?, jawabnya tentu saja tidak bisa, karena kalau kita “bermusuhan” dengan diri kita, itu sama saja dengan mati, kita seperti mayat hidup, hidup kagak mati pun enggan, jiwa kita tidak tenang, gelisah, kacau, tidak memiliki visi ke depan, hampa dan lain-lain, inilah ciri orang yang jiwanya kosong, ‘memusuhi” diri/hati sama saja “bermusuhan” dengan Allah. Sebab bagaimana asma Allah akan masuk dalam dirinya, jika cahaya hatinya telah padam, hatinya telah buta dan mengeras bagaikan batu karang yang kokoh. (baca tulisan saya “Menggapai Hidayah Allah”).

Yach, itulah satu hal yang saya dapatkan dari mengenal diri saya secara lebih baik, untuk hal-hal yang lainnya Anda bisa membaca dan memahami tulisan-tulisan saya. Di sana Anda akan melihat secara jelas proses “penyelaman” pada diri saya, yang bukan tidak mungkin, apa yang saya pikirkan, ucapkan dan saya lakukan memiliki persamaan dengan Anda maupun orang lain. Hal tersebut biasa terjadi, asalkan kita mau mengambil hikmah dari apa-apa yang kita lihat, dengar, rasakan oleh seluruh indera yang kita punyai.

Kelihatannya kita terkadang lebih sering menilai orang lain dibandingkan menilai diri sendiri. Padahal menilai diri kita sendiri sangat perlu dilakukan, karena dengan banyak menilai diri, maka banyak informasi yang akan kita dapatkan dan kita temui, dalam rangka untuk Manajemen Diri (Mandiri), Pengenalan Diri (PD), serta Pengembangan Diri (Personal Development) secara lebih baik. Dengan Manajemen Diri dan Pengenalan Diri yang baik, maka kita telah mengenal diri kita lebih baik dibanding orang lain, bukan sebaliknya, orang lain yang lebih mengenal diri kita dibandingkan diri kita sendiri.

Setelah mengenal diri kita dengan baik, kita akan menyadari betapa berartinya diri kita, dan betapa pentingnya diri kita, sehingga kita perlu menjaga diri kita dengan sebaik-baiknya agar tidak ternoda oleh hal-hal, atau sesuatu yang merusak dan menjauhkan diri kita dari kebenaran, kebenaran yang datangnya hanya dari Allah SWT.

Sekali lagi saya ingin menyampaikan, orang yang menyadari dan mengerti betul bahwa dirinya adalah hal terpenting dan harta karun yang tak ternilai harganya di dunia ini, tentu tidak akan mau merusak dirinya dengan hal-hal yang dapat merusak dirinya, baik secara lahiriah maupun secara ruhaniah. Dia akan menghargai dirinya sebagaimana dia ingin dihargai dan menghargai orang lain. Ingat ! Orang yang dapat mengenal dirinya secara lebih baik maka ia dapat mengenal orang lain secara lebih baik pula.

Untuk menutup tulisan ini, saya akan menyampaikan kata orang-orang bijak, yang Insya Allah akan melengkapi makna tulisan ini sehingga akan menambah sedikit pemahaman kita tentang tulisan ini. Silahkan merenung !.

Anda cuma hidup sekali saja di dunia ini, tetapi jika Anda hidup dengan benar,

sekali saja sudah cukup

------------------------

Kita belajar lebih banyak dari orang yang belajar sendiri

------------------------

Percayalah kepada orang yang sudah mengalami apa yang dikatakannya

------------------------

Negara akan jatuh kedalam kegelapan bila penguasa dan rakyatnya tidak yakin

akan dirinya sendiri

------------------------

Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya sesama mukmin ( Rasullullah Saw )

----------------------------------------------

Berbahagialah orang yang disibukkan oleh aibnya sendiri sehingga tidak memperhatikan aib orang lain (Rasullullah Saw)

----------------------------------------------

Di antara tanda baiknya keIslaman seseorang, ialah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat

(HR. Tirmidzi)

----------------------------------------------

Orang bijak adalah dia yang hari ini mengerjakan apa yang orang lain akan mengerjakannya

tiga hari kemudian

( Abdullah Ibnu Mubarak )

Tidak peduli seberapa lambat jalanmu, yang penting adalah jangan pernah berhenti berjalan (Confucius )

------------------------

Melalui pengalaman kita dapat menjadi bijaksana

------------------------

Semakin banyak hal yang diketahui seseorang, maka ia akan mengerti bahwa semakin banyak lagi yang perlu diketahui

------------------------

Memiliki waktu senggang tanpa belajar adalah sia-sia.

----------------------------------------------

Langkah pertama mencapai keberhasilan adalah melakukan suatu perkerjaan kecil dengan sebaik-baiknya dan dengan cara yang benar, hingga keberhasilan dapat tercapai.Setelah itu lakukanlah pada hal yang lebih besar

(ary)

1 komentar:

Riema Ziezie mengatakan...

dengan kt mengenal diri sendiri kt jadi tahu bagaimana harus bersikap, dan kita jg jadi hamba Tuhan yg bersyukur dan tdk sombong, nice posting